20 Desember 2015
On 18.26 by Anwar in pemberdayaan
Permakultur adalah
cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya
berdasarkan ekosistem alam.
Inti
dari permakultur adalah
·
Peduli bumi karena
tanpa bumi yang
sehat, manusia tidak
bisa sejahtera
·
Peduli manusia agar
seluruh manusia mendapatkan akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup
·
Mengembalikan surplus input
dan hasil pertanian ke sistem, termasuk mengembalikan limbah pertanian dengan didaur ulang.(id.wikipedia.org)
Hal itu secara 'natural' sudah dilakukan oleh
nenek moyang kita. Salah satu praktek yang mirip permakultur adalah peladang
berpindah. Banyak fihak yang menuding peladang berpindah sebagai perusak hutan
alam. Tudingan itu tidak sepenuhnya benar. Sepintas kelihatannya peladang
berpindah membakar hutan alam, namun pembakaran yang mereka lakukan adalah
pembakaran terkendali.
Michel Dove pernah mengadakan penelitian,
bahwa sesungghunya apa yang dilakukan peladang berpindah adalah memanfaatkan
humus atau pupuk alamiah yang ada di bawah tegakan hutan alam. Peladang
berpindah tidak melakukan pemupukan buatan. mereka hanya mengandalkan humus
(top soil) yang berasal dari hutan alam karena memiliki kesuburan yang tinggi
sehingga tidak membutuhkan pengolahan tanah, bahkan tidak membutuhkan pupuk
tambahan sama sekali.
Permakultur juga berusaha untuk mengembalikan biomas ke dalam tanah kembali, tanpa menggunakan pupuk buatan, hanya menggunakan pupuk organik, serta membenamkan sisa-siasa organisme ke dalam tanah. Permakultur merupakan sistem pertanian tanpa pengolahan tanah oleh manusia, namun pengolahan tanah lebih banyak 'ditugaskan' kepada mikro organisma.
Untuk mendapatkan kesuburan tanah yang optimal, maka dalam permakultur ditanam berbagai jenis tanaman pertanian yang bersifat polikultur. Dalam permakultur pantangan menanam secara monokultur. Karena diyakini penanaman secara monokultur akan menimbulkan efek yng kurang baik pada terbentuknya iklim mikro serta pada produksi mikro organisma yang berguna untuk kesuburan tanah.
Penanaman secara polikultur juga dimaksudkan untuk
memenuhi semua kebutuhkan pangan manusia, yang berpengaruh terhadap
kesehatannya. Di samping itu sistim polikultur juga mengakomodir berbagai
tanaman lokal yang ada di daerah setempat, sehingga kebutuhan pangan sebuah
wilayah tidak ditentukan oleh pemilik modal besar saja.
Diharapkan, dengan menanam secara polikultur,
hal ini mendekati sistem hutan alam, selanjutnya secara alamiah akan terjadi
pengendalian hama dan penyakit, sehingga mengurangi biaya dan tenaga secara
signifikan.
07 Mei 2015
On 19.54 by Anwar in pemberdayaan
Indonesia merupakan negara agraris yng besar, kalau dilihat dari mata pencarian sebagian besar penduduknya. Namun, ke-agrarisan Indonesia belum mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi bangsa ini. Atau, dengan lain kata, pengelola negara ini belum bersungguh-sungguh mengelola potensi pertanian negara ini. Negara cq pemerintah hanya bicara masalah agronomi, dan hal itupun tidak mendasar. Pemerintah hanya bicara masalah beratnya beban subsidi APBN untuk pertanian. Pengalokasian subsidipun sebagian besar baru masalah subsidi pupuk. Sangat sedikit bicara subsidi kemudahan mendapatkan saprodi, serta pemasaran hasil pertanian.
Sektor-sektor ekonomi rakyat yang lain, nyaris sama dengan nasib sektor pertanian. Pemerintah kurang serius menghidupkan ekonomi rakyat.
Sudah saatnya berfikir alternatif. Tidak hanya pada sisi agronomi, serta perdagangan, namun sisi produksi teknologi perlu mendapat perhatian serius. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, termasuk sektor pertambangan logam. hampir semua tambang mineral ada di Indonesia, besi, nikel, perak, tembaga, emas dan sebagainya. maka industri rakyat yang menggunakan bahan baku logam perlu diperhatikan.
Sebagai rakyat Indonesia, maka sudah waktunya kita bertindak serius memproduksi barang-barang dari logam ini. sebagian kecil rakyat kita sudah mulai, misalnya membuat teralis besi, membuat assesoris kendaraan, peralatan rumah tangga, dapur dan sebagainya. Ada juga yang sudah memulai membuat alat-alat teknologi tepat guna, misalnya perajang tembakau, pisau mesin keripik pisang, dan sebagainya.
Karena produsen alat-alat teknologi tersebut masih sedikit, dan belum menyebar, di tambah lagi infrastruktur untuk membuat alat-alat tersebut kurang mencukupi, maka produk-produk kita masih kalah jauh dengan barang-barang impor. baik kalah dari sisi kualitas, serta harga yang belum mampu bersaing. Namun, sebagai inisiasi, industri-industri teknologi tepat guna tersebut perlu terus didukung oleh seluruh bangsa Indonesia.
Rakyat pengrajin industri logam perlu meningkatkan kreatifitasnya. Misalnya pembuat pacul dan sabit jangan hanya mandeg di situ. Perlu keberanian untuk membuat alat pertanian yang semi mekanik. Misalnya membuat alat untuk menyiang rumput, alat untuk rotari traktor, alat penanam padi dan sebagainya.
Menghadapi pasar bebas, baik Asean, Asia apalagi dunia, hanya negara yang memiliki kemajuan teknologi dan manajemen saja yang akan tetap eksis dan berkembang.
Sektor-sektor ekonomi rakyat yang lain, nyaris sama dengan nasib sektor pertanian. Pemerintah kurang serius menghidupkan ekonomi rakyat.
Sudah saatnya berfikir alternatif. Tidak hanya pada sisi agronomi, serta perdagangan, namun sisi produksi teknologi perlu mendapat perhatian serius. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, termasuk sektor pertambangan logam. hampir semua tambang mineral ada di Indonesia, besi, nikel, perak, tembaga, emas dan sebagainya. maka industri rakyat yang menggunakan bahan baku logam perlu diperhatikan.
Sebagai rakyat Indonesia, maka sudah waktunya kita bertindak serius memproduksi barang-barang dari logam ini. sebagian kecil rakyat kita sudah mulai, misalnya membuat teralis besi, membuat assesoris kendaraan, peralatan rumah tangga, dapur dan sebagainya. Ada juga yang sudah memulai membuat alat-alat teknologi tepat guna, misalnya perajang tembakau, pisau mesin keripik pisang, dan sebagainya.
Karena produsen alat-alat teknologi tersebut masih sedikit, dan belum menyebar, di tambah lagi infrastruktur untuk membuat alat-alat tersebut kurang mencukupi, maka produk-produk kita masih kalah jauh dengan barang-barang impor. baik kalah dari sisi kualitas, serta harga yang belum mampu bersaing. Namun, sebagai inisiasi, industri-industri teknologi tepat guna tersebut perlu terus didukung oleh seluruh bangsa Indonesia.
Rakyat pengrajin industri logam perlu meningkatkan kreatifitasnya. Misalnya pembuat pacul dan sabit jangan hanya mandeg di situ. Perlu keberanian untuk membuat alat pertanian yang semi mekanik. Misalnya membuat alat untuk menyiang rumput, alat untuk rotari traktor, alat penanam padi dan sebagainya.
Menghadapi pasar bebas, baik Asean, Asia apalagi dunia, hanya negara yang memiliki kemajuan teknologi dan manajemen saja yang akan tetap eksis dan berkembang.
31 Maret 2015
On 00.21 by Anwar in pemberdayaan
Lembaga sosial, di samping giat
mencari donatur, juga perlu kreatif untuk mengadakan investasi. Tidak selalu
ada donatur yang menyumbangkan dananya, dan tidak selalu donatur dalam keadaan
kecukupan. Ada saatnya donatur kita sedang tidak memiliki dana cadangan untuk
kegiatan sosial. Demikian juga lembaga sosial, lebih sering kurangnya dana,
daripada kelebihan atau kecukupan dana. maka sering terjadi, lembaga sosial
memiliki 'hutang' kepada pengusaha (toko material, misalnya), karena keberanian
berhutang untuk melaksanakan program lebih tinggi dari pada dana yang masuk
dari donatur.
Maka, di saat ada kelebihan dana, perlu ada
investasi. manfaat investasi, di samping untuk penyelamatan dana kas, juga bisa
untuk mengembangkan dana yang ada. Beberapa aktivis ada yang suka bombastis,
berinvestasi dengan harapan hasilnya bisa berlipat dalam waktu singkat.
Investasi tidak perlu bombastis. Analisa rasional sangat dibutuhkan dalam
berinvestasi. maka, survey sebelum investasi sangat diperlukan.Niat investasi
harus fokus : MENDAPATKAN KEUNTUNGAN. jangan berinvestasi karena ingin
menolong, atau ingin membantu. Mestinya, tujuan investasi adalah keuntungan,
setelah mendapatkan keuntungan baru berfikir membantu atau menolong. jangan
dicampur antara tujuan mendapatkan profit dengan tujuan memberi benefit. sangat
sulit bisa memberi benefit tanpa mendapatkan profit lebih dahulu. kalau kita
terlalu rakus memberi benefit, tanpa memikirkan profit, tidak lama lagi
investasi kita pasti bangkrut. Apa ini tidak bertentangan dengan niat sedekah?
Bukankah sedekah mengajarkan, keluarkan dulu baru setelah memberi kita akan
mendapatkan hasil yang berlipatganda.
Tidak salah, bahwa sedekah bisa
melipatgandakan rizki. namun, jangan lupa sedekah memiliki rumah tersediri
dengan rumah investasi.Sedekah bertujuan mendapatkan ridho Alloh, sedangkan
investasi bertujuan mendapatkan keuntungan yan diridhoi oleh Alloh.
s.w.t. wallohu a'lam.
25 Februari 2015
On 17.56 by Anwar in pemberdayaan
Sebagaimana para pedagang, fihak lembaga keuangan juga merupakan fihak yang langsung mendapat keuntungan materi dari petani (penanam Pohon), sekaligus sebagai pihak yang mendapatkan jasa petani berupa air tanah yang melimpah dan oksigen. Dalam kesempatan ini perlu juga ditambah perusahaan air minum. Sedikit sekali usaha yang dilakukan oleh perusahaan air minum untuk menjaga eksistensi pohon-pohonan di pegunungan. Dengan kata lain, selama ini perusahaan air minum yang produknya berasal dari air tanah, hanya mengeksploitasi saja , kurang perhatiannya terhadap petani penanam pohon. Sudah semestinya dua pihak ini (lembaga keuangan dan perusahaan air minum) memiliki kewajiban langsung terhadap keberadaan pohon-pohonan melalui pemberian royalty kepada petani penanam pohon.
Pihak selanjutnya yaitu lembaga sosial seperti Baitul Maal dan LSM. Dua pihak ini memiliki peranan yang strategis dalam rangka membantu petani dhuafa penanam pohon. Baitul Maal dapat mengadakan fund raising (penggalian dana) berupa zakat, sedekah dan wakaf. Sesuai aturan fikih agama dan hukum positif, sebagian dana itu bisa disalurkan kepada petani penanam pohon sebagai royalty. Sebagai gambaran saja , di Wonosobo potensi dana sedekah tiap tahun berkisar Rp 16 Miliar.
LSM memiliki peran strategis dalam mendukung keberadaan petani penanam pohon, dalam bidang advokasi. Mengingat bargaining posisi (posisi tawar) petani yang rendah, maka hak-hak petani untuk mendapatkan biaya pemeliharaan pohon perlu mendapat pendampingan.
jika semua pihak di atas bersinergi untuk mendukung keberadaan pohon-pohonan di pegunungan, maka para petani tidak ada alasan lagi untuk menebangi tanaman pohonnya sebelum waktunya. Wallohu a'lam.....bersambung
Pihak selanjutnya yaitu lembaga sosial seperti Baitul Maal dan LSM. Dua pihak ini memiliki peranan yang strategis dalam rangka membantu petani dhuafa penanam pohon. Baitul Maal dapat mengadakan fund raising (penggalian dana) berupa zakat, sedekah dan wakaf. Sesuai aturan fikih agama dan hukum positif, sebagian dana itu bisa disalurkan kepada petani penanam pohon sebagai royalty. Sebagai gambaran saja , di Wonosobo potensi dana sedekah tiap tahun berkisar Rp 16 Miliar.
LSM memiliki peran strategis dalam mendukung keberadaan petani penanam pohon, dalam bidang advokasi. Mengingat bargaining posisi (posisi tawar) petani yang rendah, maka hak-hak petani untuk mendapatkan biaya pemeliharaan pohon perlu mendapat pendampingan.
jika semua pihak di atas bersinergi untuk mendukung keberadaan pohon-pohonan di pegunungan, maka para petani tidak ada alasan lagi untuk menebangi tanaman pohonnya sebelum waktunya. Wallohu a'lam.....bersambung
24 Februari 2015
On 19.38 by Anwar in pemberdayaan
Petani (penanam pohon) memiliki jasa yang tiada tara, yaitu menyediakan oksigen serta air tanah bagi sekian banyak fihak. Maka identifikasi fihak-fihak yang diuntungkan oleh petani penanam pohon ini perlu dilakukan. Secara sederhana, para fihak pemakai jasa petani ini, yang berhubungan erat dengan aktifitas petani, bisa dibagi menjadi beberapa kelompok :
1. Pemerintah.
2. Pedagang/tengkulak
3. Pedagang/ produsen saprodi (sarana produksi) pertanian.
4. Aktivis sosial : Baitul Maal , LSM, Masjid dsb.
5. Lembaga Keuangan
6. Donatur
Enam kelompok di atas adalah kelompok utama yang mesti disadarkan, bahwa merekalah pemakai utama jasa petani (penanam pohon).
Pemerintah sangat berkepentingan dengan pajak pertanian, baik pajak tanah maupun hasil pertanian. Maka dengan kewenangannya, Pemerintah wajib membuat kebijakan yang memihak kepada keberadaan pohon-pohonan yang diusahakan oleh petani. Pemerintah bisa membuat kebijakan, di samping masalah pengadaan tanaman penghijauan, juga bisa membuat aturan agar sebagian dana APBN atau APBD dialokasikan untuk pemeliharaan pohon-pohon yang ditanam petani. Melalui Dinas kehutanan, Pemerintah bisa mengadakan inventarisasi rutin terhadap tanaman pohon milik para petani. Sesuai jumlah dan umur pohon yang dipelihara petani, Pemerintah bisa mengalokasikan sebagian dana APBN atau APBD untuk disalurkan kepada petani sebagai biaya pemeliharaan. Sebaliknya, dalam aturan itu juga dibuat adanya sanksi, jika petani menebang pohon sebelum waktunya, misalnya dengan dikurangi dana pemeliharaan pohon dari Pemerintah.
Pihak berikutnya yang perlu diberi kesadaran yaitu pedagang (tengkulak) dan pedagang/produsen saprodi. Dua pihak inilah yang sebenarnya banyak mendapat keuntungan ekonomis langsung dari petani. Pedagang (tengkulak) mendapatkan barang dagangan dari petani, sedangkan pihak pedagang (produsen) mendapat keuntungan lewat menjual produknya kepada petani. Di samping keuntungan dari sisi ekonomis, mereka juga mendapatkan oksigen gratis dari petani (penanam pohon). Maka, sudah semestinya mereka ikut membayar biaya pemeliharaan pohon yang ditanam oleh petani. Mekanisme pembayaran oleh pedagang ini agak sulit. Mungkin perlu dibuat semacam lembaga khusus yang memungut retribusi atas setiap transaksi yang terjadi antara petani dan pedagang. Kalau dahulu ada BUUD atau KUD yang bisa menjembatani antara pedagang dan petani, Nampaknya perlu digagas kembali adanya lembaga pemungut retribusi untuk pemeliharaan pohon yang ditanam oleh petani.
1. Pemerintah.
2. Pedagang/tengkulak
3. Pedagang/ produsen saprodi (sarana produksi) pertanian.
4. Aktivis sosial : Baitul Maal , LSM, Masjid dsb.
5. Lembaga Keuangan
6. Donatur
Enam kelompok di atas adalah kelompok utama yang mesti disadarkan, bahwa merekalah pemakai utama jasa petani (penanam pohon).
Pemerintah sangat berkepentingan dengan pajak pertanian, baik pajak tanah maupun hasil pertanian. Maka dengan kewenangannya, Pemerintah wajib membuat kebijakan yang memihak kepada keberadaan pohon-pohonan yang diusahakan oleh petani. Pemerintah bisa membuat kebijakan, di samping masalah pengadaan tanaman penghijauan, juga bisa membuat aturan agar sebagian dana APBN atau APBD dialokasikan untuk pemeliharaan pohon-pohon yang ditanam petani. Melalui Dinas kehutanan, Pemerintah bisa mengadakan inventarisasi rutin terhadap tanaman pohon milik para petani. Sesuai jumlah dan umur pohon yang dipelihara petani, Pemerintah bisa mengalokasikan sebagian dana APBN atau APBD untuk disalurkan kepada petani sebagai biaya pemeliharaan. Sebaliknya, dalam aturan itu juga dibuat adanya sanksi, jika petani menebang pohon sebelum waktunya, misalnya dengan dikurangi dana pemeliharaan pohon dari Pemerintah.
Pihak berikutnya yang perlu diberi kesadaran yaitu pedagang (tengkulak) dan pedagang/produsen saprodi. Dua pihak inilah yang sebenarnya banyak mendapat keuntungan ekonomis langsung dari petani. Pedagang (tengkulak) mendapatkan barang dagangan dari petani, sedangkan pihak pedagang (produsen) mendapat keuntungan lewat menjual produknya kepada petani. Di samping keuntungan dari sisi ekonomis, mereka juga mendapatkan oksigen gratis dari petani (penanam pohon). Maka, sudah semestinya mereka ikut membayar biaya pemeliharaan pohon yang ditanam oleh petani. Mekanisme pembayaran oleh pedagang ini agak sulit. Mungkin perlu dibuat semacam lembaga khusus yang memungut retribusi atas setiap transaksi yang terjadi antara petani dan pedagang. Kalau dahulu ada BUUD atau KUD yang bisa menjembatani antara pedagang dan petani, Nampaknya perlu digagas kembali adanya lembaga pemungut retribusi untuk pemeliharaan pohon yang ditanam oleh petani.
23 Februari 2015
On 23.57 by Anwar in pemberdayaan
Hampir seluruh lahan yang membutuhkan penghijauan berada di wilayah pegunungan dengan kemiringan lebih dari 30 % adalah milik para petani dhuafa (PD). Dalam perhitungan ekonomi petani, tanaman dengan masa panen yang pendek akan lebih mereka pilih untuk ditanam, daripada pohon yang berumur panjang. Selain itu, hasil panen yang dibutuhkan orang banyak akan banyak diusahakan oleh petani. Dalam hal ini padi tetap menjadi primadona.
Melihat petani di pegunungan, semestinya pakai kacamata petani juga. jangan memaksakan diri melihat petani dengan kacamata priyayi, apalagi kacamata pejabat. Jelas gak gathuk (tidak ketemu). Maka, hampir semua penghijauan di lahan hak milik tidak ada yang bisa berhasil. Paling-paling hanya waktu penanaman saja tampak heroik, namun selang beberapa waktu, nasib sang pohon musnah entah kemana. Ada yang mati, ada pula yang sengaja dimatikan karena dianggap mengganggu atau menaungi tanaman pokok (polowijo). Kegagalan penghijauan lebih disebabkan karena cara pandang para pemangku kebijakan yang salah. Bukan karena petani yang tidak mau menanam pohon.
Kondisi petani di pegunungan perlu dicermati, kalau ingin penghijauan berhasil. Kondisi sebagian besar petani di pegunungan adalah :
1. Miskin.
2. Akses di berbagai kebutuhan mereka rendah
3. Pemilikan lahan yang sempit.
4. Bargaining posisi yang rendah (terpinggirkan).
Empat kondisi di atas melahirkan empat pantangan pula dalam pemberdayaan PD, yaitu :
1. Hindari menarik iuran kepada petani dhuafa . PD tidak memiliki likwiditas yang cukup. Mereka lebih sering tidak punya uang daripada pegang uang.
2. Karena miskin, maka hampir tidak ada lembaga perbankan yang bersedia meminjami modal. Maka , jangan paksa petani dhuafa (PD) untuk pinjam di bank.
3. Karena pemilikan lahannya sempit, (rata-rata petani di Indonesia hanya memiliki lahan garapan seluas 0,25 ha. Sedangkan luas ideal lahan garapan seorang petani adalah 1 ha). sehingga wajar saja kalau petani lebih mengutamakan tanaman polowijo daripada pohon. Maka jangan memaksakan petani menanam pohon tanpa ada pemberian kompensasi atas 'terdesaknya' lahan mereka karena penghijauan.
4. Dalam kancah sosial, ekonomi dan politik, petani lebih sering dipinggirkan. Maka jangan paksakan petani untuk ketemu pejabat untuk menuntut hak-haknya. Jika suatu saat terjadi, di mana petani perlu ketemu pejabat, maka advokasi sangat dibutuhkan oleh mereka. Bersambung....Insya Alloh.
15 Februari 2015
On 18.04 by Anwar in pemberdayaan
Illustrasi : danau di negara tetangga
Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat potensi lokal yang bisa dikembangkan untuk pemberdayaan ummat. Kalau kita eksplorasi, Wonosobo memiliki banyak potensi lokal, sebagian sudah dimanfaatkan, namun masih banyak yang belum diberdayakan. Di antara potensi lokal Wonosobo yaitu : carica, purwaceng, bodin (singkong), kentang, kobis, wortel, tomat, kayu/pohon, durian, dan sebagainya. Selama ini purwaceng, carica dan kayu sudah banyak yang mengeksplorasi. Sedangkan produk sayuran baru pada sisi agronomi, alias produksi pertanian saja. Sedangkan untuk teh, hanya ada satu perusahaan yang mengeksploitasi yaitu Pers. Teh TAMBI. Beberapa tahun yang lalu di Wonosobo terdapat eksplorasi jamur yang sangat besar, namun berhenti akibat mis manajemen.Potensi besar Wonosobo yang belum banyak dieksplorasi yaitu air. Wonosobo memiliki banyak mata air. Satu-satunya perusahaan yang sudah bergerak mengeksploitasi air di Wonosobo yaitu aqua-Danon (kalau gak salah sebuah perusahaan dari Perancis?). Sedangkan rakyat biasa, atau home industri belum banyak yang mengeksplor. Kebanyakan mata air hanya untuk mengairi sawah, serta sumber air minum.
MANAJEMEN AIR
Kalau kita perhatikan sawah-sawah, serta ladang di Wonosobo banyak yang menggunakan air dari mata air. Masing-masing petani memasang pipa utk disalurkan ke ladangnya. Sehingga banyak pipa-pipa berserakan. Beberapa di antaranya ada yang menyeberang jalan raya. hanya diberi tiang bambu pipa-pipa itu melintang menyeberang jalan. sungguh, sebuah tata kelola air yang kurang bagus, serta menimbulkan pemandangan yang kurang indah.
Di dusun Kiuni, Desa Bagoran, Kec. Sapuran, penataan air lebih teratur. Air minum di dusun Kiuni termasuk barang langka, di musim kemarau sulit didapatkan air minum. PDAM belum masuk sampai Kiuni. Di bagian bawah dusun Kiuni terdapat mata air, yang secara alamiah sulit naik di bagian atas pedusunan. Maka, rakyat Kiuni mengadakan swadaya untuk menaikkan air.
Dengan swadaya, masyarakat Kiuni mampu membangun bak penampungan air minum, mesin penyedot serta fasilitas lainnya, seperti pipa dan meteran yang di pasang di setiap rumah penduduk. persis sebuah perusahaan, yang bisa dibilang sebuah Badan Usaha Unit Dusun.
Terbukti, melalui badan Usaha Unit Dusun tersebut, masyarakat bisa mendapatkan air minum sepanjang waktu. Dengan adanya meteran, maka setiap warga dipungut iuran bulanan sesuai jumlah air yang digunakan. Iuran lainnya yaitu biaya pemasangan awal, yang besarnya disesuaikan dengan jarak rumah dengan pipa utama. Melalui manajemen sederhana ini, rakyat Kiuni bisa mendapatkan air minum yang bersih, dengan biaya bulanan yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan PDAM.
MULTIPLIER EFFECT PEMBERDAYAAN
Hal yang sama dengan Kiuni juga pernah dilakukan di Desa reco, Kec. Kertek Wonosobo. Melalui swadaya masyarakat, serta bantuan dari BMT Tamzis, Marhamah, Alhuda, Melati serta lazis.Muhammadiyah, telah dibangun sarana pengairan rakyat di dusun ini. Di Desa ini penyaluran air tidak membutuhkan bak penampungan, serta tidak butuh mesin untuk mengalirkan. Posisi mata air relatif lebih tinggi, sehingga hanya dengan pemasangan pipa air sudah bisa mengalir sendiri. bahkan, pada musin hujan bisa terjadi jebol, karena tingginya debit air.
Mata air di Reco mampu mencukupi kebutuhan wudhu di Masjid Mujahidin, serta untuk kebutuhan air minum 40 KK. Setiap hari, ketika bak2 warga serta masjid sudah penuh, terlihat air yang meluber, sehingga seolah-olah terjadi kemubadziran. Sebelum dipasang pipa, masjid dan warga sangat menderita kekurangan air, namun setelah air mengalir ternyata banyak yang terbuang percuma.
Pertanyaannya, bagaimana memanfaatkan air yang meluber ini?. Debit air yang meluber ini per menit sekitar 5 liter. Jadi air yang meluber per hari = 24 X 60 X 5 = 7200 liter/hari. jika air yang meluber ini dikelola maka akan menjadi sesuatu. Dengan pemberdayaan mata air, akan didapatkan produk berikutnya yaitu : INDUSTRI RAKYAT AIR KEMASAN.
Gagasan ini semoga akan bisa direalisasikan tahun ini. Wallohu a'lam. Wassalam.
05 Februari 2015
On 23.38 by Anwar in pemberdayaan
Dalam wacana klasik, zakat lebih ditekankan sebagai kewajiban agama ansich, yang tidak dikaitkan dengan masalah di luar agama. maka pembahasan zakat banyak berkisar pada masalah-masalah fikih. Sering terjadi, karena pemikiran fikiyah yang sangat detail, seolah-olah sampai masuk ranah filsafat. Misalnya ketika bicara asnaf fakir dan miskin, didapatkan banyak definisi fakir dan miskin. Bahkan karena belum ada titik temu definisi dalam masalah-masalah zakat, misalnya pengertian riqob (budak) menurut konteks sekarang, akhirnya membuat sebagian ummat cenderung untuk apatis, tidak mau lagi bicara tema zakat, apalagi mengamalkannya.
Sebaliknya, beberapa lembaga zakat kontemporer yang banyak digawangi kaum muda, mulai berani mengambil inisiatif untuk mengimplentasikan ajaran zakat dalam Islam. Para generasi muda ini menyerahkan persoalan-persoalan yang pelik dalam ilmu fkih diserahkan ahlinya, yaitu para ulama. mereka tidak menunggu berlama-lama untuk memperoleh satu difinisi tunggal. Sambil belajar ilmu agama secara sungguh-sungguh, generasi ini berusaha mengelola zakat, m,enghimpiun, serta mendistribusikan zakat dengan berbagai strategi serta program yang bervariasi.
Generasi muda lebih bersifat pragmatis dalam arti positif. Mereka melihat bahwa ibadah zakat banyak memiliki manfaat, makna, arti serta memiliki kapasitas multiplier effect. Dari sisi potensinya, maka zakat merupakan sumber pemberdayaan ummat yang sangat besar. Beberapa hasil penelitian terakhir, menunjukkan bahwa potensi zakat di Indonesia sampai ratusan triliun rupiah per tahun. jika perolehan zakat nasional itu digunakan untuk pemberdayaa ummat maka akan didapatkan hasil seperti di bawah ini.
Perhitungan sederhana Pemberdayaan Ummat .
Dana zakat tidak akan produktif jika hanya dibagi-bagikan secara 'gratis'. Ada beberapa strategi agar dana itu lebih berdaya guna.
1. Diberikan sebagai 'upah' atau ujroh, atas suatu pekerjaan atau jasa.
Rasa kasihan kepada kaum dhuafa bisa jadi menghilangkan kreatifitas atau kecerdasan para petugas zakat (amil zakat). Maka agar amil zakat tidak terbawa ke dalam pusara rasa 'kasihan', dia harus mengurangi jiwa memelasnya, untuk meningkatkan daya rasio, kreatifitas serta imajinasi. kita menyaksikan, hampir setiap tahun ada pembagian sedekah yang tak seberapa besarnya, namun selalu menelan korban nyawa, akibat antrian yang berdesak-desakan. Kematian akibat antri sedekah atau zakat, merupakan contoh, sekaligus bukti bahwa para pengelola zakat/sedekah masih ada yang kurang kreatif, kurang cerdas.
Dengan sedikit meningkatkan rasio, dan rela mengurangi sedikit rasa 'kasihan' (jawa : mesakke) maka perlu dibuat program pembagian zakat sedekah, namun merupakan ujroh alias upah atas jasa penerima yang mau mengurusi fasilitas umum. Misalnya membersihkan masjid, musholla, pasar maupun trotoar.
Para pengelola zakat/sedekah bisa membuat program kebersihan fasilitas umum, di mana para dhuafa sebagai pekerjanya, diupah dengan menggunakan dana zakat. Dengan cara ini maka penerima zakat tidak hanya 'krido lumahing arto', alias menengadahkan telapak tangan saja, namun dia mendapatkan upah karena bekerja. Dengan cara ini maka beberapa hal atau manfaat bisa dipetik :
a. Tidak terjadi desak-desakan mengantri zakat/sedekah.
b. Mengatasi pengangguran.
c. Meningkatkan izzah/harga diri penerima/mustahik
d. Masyarakat luas ikut merasakan manfaatnya.
Jika program ini dibuat, misalnya program kebersihan masjid, maka akan ada ribuan masjid yang bisa dijaga kebersihannya menggunakan dana zakat. Contoh : jika ujroh/upah seorang petugas kebersihan masjid Rp 1.500.000,-, setiap masjid memiliki 2 petugas, maka setiap bulan 1 masjid butuh dana Rp 3000.000,-/bulan . maka untuk membersihkan masjid se Indonesia butuh dana Rp 3000.000 X 12 X 50400 (jumlah masjid se indonesia ). = Rp 151.200.000.000.
Contoh lainnya, misalnya pemberdayaan Pengusaha Mikro/kecil. . Jika setiap pengusaha mikro diberdayakan dengan dana zakat, setiap pengusaha disediakan modal kerja Rp 10.000.000 dan biaya pendampingan Rp 5.000.000, maka pemberdayaan 1000.000 pengusha mikro membutuhkan dana
Sebaliknya, beberapa lembaga zakat kontemporer yang banyak digawangi kaum muda, mulai berani mengambil inisiatif untuk mengimplentasikan ajaran zakat dalam Islam. Para generasi muda ini menyerahkan persoalan-persoalan yang pelik dalam ilmu fkih diserahkan ahlinya, yaitu para ulama. mereka tidak menunggu berlama-lama untuk memperoleh satu difinisi tunggal. Sambil belajar ilmu agama secara sungguh-sungguh, generasi ini berusaha mengelola zakat, m,enghimpiun, serta mendistribusikan zakat dengan berbagai strategi serta program yang bervariasi.
Generasi muda lebih bersifat pragmatis dalam arti positif. Mereka melihat bahwa ibadah zakat banyak memiliki manfaat, makna, arti serta memiliki kapasitas multiplier effect. Dari sisi potensinya, maka zakat merupakan sumber pemberdayaan ummat yang sangat besar. Beberapa hasil penelitian terakhir, menunjukkan bahwa potensi zakat di Indonesia sampai ratusan triliun rupiah per tahun. jika perolehan zakat nasional itu digunakan untuk pemberdayaa ummat maka akan didapatkan hasil seperti di bawah ini.
Perhitungan sederhana Pemberdayaan Ummat .
Dana zakat tidak akan produktif jika hanya dibagi-bagikan secara 'gratis'. Ada beberapa strategi agar dana itu lebih berdaya guna.
1. Diberikan sebagai 'upah' atau ujroh, atas suatu pekerjaan atau jasa.
Rasa kasihan kepada kaum dhuafa bisa jadi menghilangkan kreatifitas atau kecerdasan para petugas zakat (amil zakat). Maka agar amil zakat tidak terbawa ke dalam pusara rasa 'kasihan', dia harus mengurangi jiwa memelasnya, untuk meningkatkan daya rasio, kreatifitas serta imajinasi. kita menyaksikan, hampir setiap tahun ada pembagian sedekah yang tak seberapa besarnya, namun selalu menelan korban nyawa, akibat antrian yang berdesak-desakan. Kematian akibat antri sedekah atau zakat, merupakan contoh, sekaligus bukti bahwa para pengelola zakat/sedekah masih ada yang kurang kreatif, kurang cerdas.
Dengan sedikit meningkatkan rasio, dan rela mengurangi sedikit rasa 'kasihan' (jawa : mesakke) maka perlu dibuat program pembagian zakat sedekah, namun merupakan ujroh alias upah atas jasa penerima yang mau mengurusi fasilitas umum. Misalnya membersihkan masjid, musholla, pasar maupun trotoar.
Para pengelola zakat/sedekah bisa membuat program kebersihan fasilitas umum, di mana para dhuafa sebagai pekerjanya, diupah dengan menggunakan dana zakat. Dengan cara ini maka penerima zakat tidak hanya 'krido lumahing arto', alias menengadahkan telapak tangan saja, namun dia mendapatkan upah karena bekerja. Dengan cara ini maka beberapa hal atau manfaat bisa dipetik :
a. Tidak terjadi desak-desakan mengantri zakat/sedekah.
b. Mengatasi pengangguran.
c. Meningkatkan izzah/harga diri penerima/mustahik
d. Masyarakat luas ikut merasakan manfaatnya.
Jika program ini dibuat, misalnya program kebersihan masjid, maka akan ada ribuan masjid yang bisa dijaga kebersihannya menggunakan dana zakat. Contoh : jika ujroh/upah seorang petugas kebersihan masjid Rp 1.500.000,-, setiap masjid memiliki 2 petugas, maka setiap bulan 1 masjid butuh dana Rp 3000.000,-/bulan . maka untuk membersihkan masjid se Indonesia butuh dana Rp 3000.000 X 12 X 50400 (jumlah masjid se indonesia ). = Rp 151.200.000.000.
Contoh lainnya, misalnya pemberdayaan Pengusaha Mikro/kecil. . Jika setiap pengusaha mikro diberdayakan dengan dana zakat, setiap pengusaha disediakan modal kerja Rp 10.000.000 dan biaya pendampingan Rp 5.000.000, maka pemberdayaan 1000.000 pengusha mikro membutuhkan dana
22 Desember 2014
On 01.34 by Tamaddun in pemberdayaan
Gambar : Pasar Induk Wonosobo Kebakaran Senin dinihari, 22 desember 2014
Pasar tradisional sering diberi stigma negatif. kotor, kumuh, becek, bau, tidak teratur dan seabaginya. keberadaannya pun semakin tidak menarik karena tersaingi dengan pasar moderan, mall, super market, mini market. dan sebagainya. Bahkan faktor keamanan juga membuat pasar tradisional semakin kurang menarik, termasuk faktor pencurian/penjambretan dan kebakaran pasar.
Disisi lain tidak sedikit, para pelaku atau pedagang pasar memiliki potensi yang bagus, baik sisi sdm, maupun prospek bisnisnya. nampaknya dibutuhkan alternatif baru bagaimana menciptakan serta mengelola pasar tradisional.
Coba kita tinjau sejenak, mengapa pasar tradisional nampak kotor, bau, tidak teratur dan sebagainya?
Penyebab utamanya adalah karena pasar tradisional tidak dikelola dengan sungguh-sungguh. pasar tradisional tidak dikelola secara professional. Pasar tradisional hanya dikelola semampunya. kenapa? Karena kebanyakan pasar adalah milik Pemerintah, dimana biaya pengelolaannya tergantung APBD dan para pengelolanya adalah pegawai negeri, yang tidak harus bekerja keras mengelola pasar, namun dia sudah mendapat gaji setiap bulan. Tidak ada peraturan yang mewajibkan berapa persen dari APBD yang harus digunakan untuk menbgelola Pasar Tradisional. Tidak ada tata tertib yang mewajibkan bahwa pemerintah daerah wajib menyediakan pasar yang sempurna, perfect sesuai dengan permintaan pedagang. Yang ada adalah pemerintah wajib menyediakan pasar semampu anggaran yang tersedia. Sementara kita sudah mafhum tidak ada anggaran pembangunan yang bisa disalurkan 100%, bisa dipastikan selalu ada kebocoran.
Maka solusinya adalah, masyarakat membuat sendiri pasar tradisional tidak perlu tergantung dengan bantuan pemerintah.
LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN PASAR
A. Penentuan Badan Hukum.
B. Membuat Tata Tertib/AD ART
C. Memilih Lokasi
D. Model Tata Ruang
E. Aspek-aspek Yang perlu dipertimbangkan
(bersambung)
12 Oktober 2014
On 20.42 by Tamaddun in pemberdayaan
Kemiskinan bagaikan lingkaran setan. Sangat sulit dicari solusinya. Negeri Indonesia yang kaya raya ini selalu saja dilanda masalah kemiskinan. Dalam tulisan sederhana ini kita tidak akan diskusi yang njelimet tentang definisi kemiskinan.Namun mari kira mencoba untuk berkreasi, agar masalah kemiskinan bisa berkurang, atau minimal kita bisa memberi sumbangan pemikiran, sukur aksi nyata untuk membantu meringankan beban si miskin.
Data terakhir, Maret 2013, dari BPS menyebutkn bahwa kemiskinan di Indonesia sebanyak 28,07 orang (bps.go.id). Kita tidak sedang berdebat masalah data. Namun, lepas dari bagaimana data itu didapatkan, jumlah orang miskin negeri ini sungguh SANGAT BANYAK. Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi miskin, salah satunya adalah keluarga. Maksud saya, bahwa keluarga yang miskin punya potensial melahirkan anak-anak yang miuskin juga. keluarga miskin tidak bisa menyekolahkan anaknya dengan layak, sehingga potensial melahirkan anak yang kurang terdidik, bahkan secara akademik dianggap bodoh. Walaupun ketuyrunan orang miskin secara genetik belum tentu bodoh. Tidak sedikit putra-putri warga miskin yang memiliki prestasi akademik yang bagus. Juga, tidak sedikit putra-putri warga kurang mampu bisa sukses tidak miskin lagi, namun kesuksesannya tidak lepas dari faktor pendidikan yang bisa diperolehnya dengan seribu jalan yang heroik. ada yang kuliah sambil menjadi kernet, ada yang kuliah sambil menjadi tukang ojek. ada yang sekolah sambil jualan gorengan, es krim dsb. Beberapa contoh orang sukses berasal dari warga miskin misalnya :
1. Larry Ellison.
Pendiri Oracle, Larry Ellison yang pernah bekerja serabutan selama 8 tahun dan akhirnya sukses menciptakan perusahaan teknologi terbesar di dunia.
2. Harold Simmons
Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Simmons ternyata pernah hidup sangat miskin. Di masa sulitnya itu, Simmons hidup tanpa listrik dan air bersih.
Namun pria yang satu ini pantang menyerah, meski sempat hidup dalam kegelapan dia akhirnya berhasil memperoleh beasiswa di University of Texas. Dari kampus tersebut, Simmons berhasil meraih gelar sarjana dan master di bidang ekonomi.
Simmons memperoleh keuntungan besarnya saat dia membeli sejumlah toko obat yang kemudian dijual seharga US$ 50 juta.
3. Li Ka-Shing
Ka Shing terbang dari China dan menetap di Hong Kong pada 1940-an. Malang nasibnya, ayahnya meninggal saat dia masih berusia 15 tahun.
Setelah itu, dia bertanggung jawab penuh menanggung kebutuhan seluruh keluarganya. Dia keluar sekolah untuk bekerja apapun selama menghasilkan uang agar keluarganya tetap bertahan hidup.
Hebatnya, pada 1950, dia mulai mendirikan perusahaan sendiri, Cheung Kong Industries. Perusahaan plastik yang kemudian berekspansi pada sektor properti itu berhasil mengantarkan kekayaan sebesar US$ 31 miliar atau Rp 377,05 triliun.
4. George Soros
Jumlah kekayaan: US$ 20 miliar atau Rp 243,2 triliun
Saat berusia masih remaja, Soros hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Untuk menyelamatkan hidupnya dari serangan Nazi, dia direkrut untuk bekerja sebagai pegawai di Kementerian Perdagangan Hungaria.
Dia lalu meloloskan diri dari okupasi Nazi dan pindah ke London untuk tinggal bersama saudaranya di sana. Tak memiliki uang, dia lalu bekerja sebagai pelayan dan poter di stasiun kereta untuk membiayai kuliahnya di London School of Economics.
Setelah lulus, Soros sempat bekerja di toko sovenir sebelum akhirnya diterima sebagai bankir di New York City. Pada 1992, taruhan besarnya yang terkenal pada pound sterling membuatnya sukses mencetak uang hingga triliunan rupiah.
5. Leonardo Del Vecchio
Jumlah kekayaan: US$ 15,3 miliar atau Rp 186,1 triliun
Del Vecchio merupakan satu dari lima anak yang dititipkan ke panti asuhan karena sang ibu yang menjanda tak sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya. Hidup di tengah kemiskinan, Vecchio lalu mulai mencari kerja.
Dia kemudian bekerja di pabrik pembuat bingkai kacamata. Saat itu, dia mengalami kecelakaan dan kehilangan beberapa jarinya.
Menginjak usia ke-23, dia lalu membuka toko sendiri yang kemudian terus membesar menjadi produsen kacamata terbesar di dunia. Kacamata buatannya juga dilabeli merek-merek terkenal seperti Ray Ban dan Oakley.
6. Abu Rizal Bakri
7. Chaerul Tanjung
Beberapa kenyataan di atas hanyalah sekedar contoih, bahwa sebgian kecil keluarga kurang mampu bisa berubah menjadi kaya.
Salah satu kunci rahasia sukses mereka adalah PENDIDIKAN. memang pendidikan bukan segala-galanya, namun pendidikan merupakan fakitor utama. Banyak hak yang didapatkan dari pendidikan, antara lain kecerdasan, pengetahuan, ketrampilan, perbaikan mental, jaringan, kejujuran, ketulusan, perjuangan, pengabdian dan sebagainya. bersambung..................
24 November 2013
On 23.44 by Tamaddun in pemberdayaan
Di samping masalah kepemimpinan yang solid, desa jaman dahulu juga memiliki sumberdaya yang memadai. Misalnya, kebutuhan protein hewani desa bisa berasal dari ikan-ikan yang hidup liar di sungai. Kebutuhan protein desa juga bisa didapatkan dengan mudah dengan berburu kancil, atau kijang di hutan.
berbagai kebutuhan sarana produksi usaha tani juga relatif mudah didapatkan. Jika seseorang kekurangan bibit padi maka tetangganya yang berlebihan dengan sukarela berbagi untuk memberi. Pupuk kandang, serta bahan obat-obatan tradisionil pembunuh hama juga bisa didapatkan dari tetangga atau mencari di hutan secara gratis.
Di musim kemarau, penduduk kerja bakti (gotong royong) menyumbangkan tenaga untuk memperbaiki rumah penduduk yang sedang rusak.
Pranata-pranata sosial masyarakat desa juga berjalan dengan irama yang alami. Penduduk desa mentaati apa yang telah diputuskan dalam rembug-rembug desa. Ronda (jaga malam), bersih desa, piket jaga air irigasi untuk sawah, semua dirembug di tempat pak LURAH, karena belum ada fasilitas balai desa dari negara, dan rumah pak LURAH relatif luas untuk pertemuan-pertemuan warga.
Desa masa kini.
Berbagai fenomena di atas mungkin sekarang sudah banyak berubah. hampir seluruh kegiatan warga desa sekarang membutuhkan uang. Tidak ada lagi ikan gratis di sungai. Tidak ada lagi binatang buruan. Kegiatan ronda dilakukan dengan terpaksa, jika ada yang tidak bisa datang diberi sangsi denda dengan membayar sejumlah uang.Untuk belajar pangrupti layon (perawatan jenazah) saja warga dipungut sejumlah biaya. Tidak ada yang bersedia memberikan pengetahuan atau ketrampilan secara gratis. karena sistem yang ada memaksa orang untuk mengganti setiap 'jasa' guru/ustadz/kyai dengan uang.
Sehingga, setiap hal yang tidak bisa diganti dengan uang, seakan-akan warga tidak berdaya. Termasuk masalah moral. Misalnya, seorang warga berbuat kurang sopan, maka yang bisa menegor hanya juragannya, karena sang juragan berjasa telah memberinya pekerjaan. Maka wibawa ustadz atau pak LURAH kalah dengan wibawa juragan yang punya banyak duwit.
Warga menjadi semakin permisif dengan berbagai prilaku atau budaya yang masuk dari luar. Coba kita simak hal-hal berikut ini :
1. Model Pakaian.
Hampir semua anggota masyarakat desa tidak peduli lagi dengan kesopanan berpakaian. pakaian muda-mudi dengan menampakkan aurat sudah tidak dianggat saru lagi. Demikian juga, wanita dewasa dengan pakaian ketat dan tipis dianggap biasa saja. Wanita desa sudah tidak malu lagi kelihatan betisnya atau paha dan dadanya di depan umum.
2. Pergaulan.
Pergaulan antar laki2 dan perempuan sudah sangat bebas. Awalnya hanya berboncengan sepeda motor, lama kelamaan lebih dari itu, sehingga hamil di luar nikah dianggap hal biasa. Demikian juga perselingkuhan juga dianggap biasa asal suka sama suka, sehingga nilai2 suci pergaulan di desa hampir tidak ada lagi.
3. Tolong menolong.
Budaya ini sudah hampir musnah. Yang berkembang adalah budaya hutang-piutang. Hutang piutang dalam hal uang juga sering berjalan tidak mulus, terutama diwaktu mengembalikan, pihak penghutang sering mangkir. Tingginya kredit macet merupakan akibat lemahnya budaya malu di desa jika memiliki hutang. Tidak sedikit masalah hutang-piutang ini menimbulkan pertengkaran.
4. Uang dan bisnis.
Pola hubungan antar masyarakat di desa didominasi dengan bisnis dan uang. Pola hubungan yang murni seperti gotong royong, tolong menolong, saling membantu, sudah hampir punah. hampir segala kegiatan berorientasi bisnis dan uang. Penggunaan tenaga kerja untuk mengolah sawah, tenaga menanam padi, menyiang, memupuk serta tenaga panen semua harus diganti dengan uang. Sedangkan kegiatan semacam itu pada waktu dulu bisa saling diganti dengan tenaga, atau diimbali dengan maknan atau hasil pertanian, tidak mesti dengan uang.
Pola bisnis bisa masuk pada ranah kebudayaan, misalnya kegiatan bersih desa bisa menjadi lahan bisnis panitia. Dengan mengundang sejumlah hiburan, maka pihak panitia bisa mendapatkan fee atau upah dari pihak yang ditanggap/diundang. Kegiatan2 ritual mistis, ziarah kubur misalnya, juga bisa menjadi lahan bisnis panitia dan pihak2 yang terkait.
Bagaimana Memulai Desa Madani
Untuk memulai menciptakan desa madani bukan hal yang mudah. Desa madani bukan hanya desa yang diurus, dikendalikan dan di manaj oleh masyarakat desa sendiri, lebih dari itu desa madani adlah desa yangh dikelola masyarakat desa, dalam rangka menjunjung tinggi nilai2 perdesaan, serta kemanusiaan yang didasarkan kearifan lokal, serta harkat dan martabat kemanusiaan yang tinggi.
Menciptakan desa madani bisa saja berdasrkan kesepakatan beberapa fihak di desa itu. namun, jika sebagian besar penduduk desa sudah tidak memiliki dan tidak ingin mnengangkat harkat dan martabat kemanusiaan penduduk desa, maka memulai desa madai bisa dari seorang diri.
Di zaman yang serba materialis ini, mungkin Anda tertawa, jika seorang diri akan memulai membangun desa madani. Mengambil hikmah dari strategi yang dilakukan oleh mendiang Romo Mangun Wijaya di Gunung Kidul, maka sangat mungkin dimulai dari seorang diri bisa membangun desa madani. Romo Mangun biasa melakukan kegiatan di desa sendirian. Dengan keyakinan agamanya (walaupun penulis tidak seagama dengan Romo Mangun), Romo Mangun mampu merobah masyarakat yang kurang peduli desanya menjadi masyarakat yang peduli. bahkan beberapa orang yang tadinya tidak peduli dengan agamnya, akhiurnya berpiundah agama mengikuti jejak Romo Mangun.
Seseorang yang hendak membangun Desa Madani mesti memiliki beberapa keyakinan nilai, di antaranya di bawah ini :
1. KEBENARAN.
2. KEBAIKAN
3. KESOPANAN
4. KEADILAN
5. MEMBERI
6. KEBERSAMAAN
30 November 2012
On 02.42 by Tamaddun in pemberdayaan
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa lembaga pendidikan formal sekarang telah bergeser dari non profit ataupun not for profit menjadi lembaga untuk meraup keuntungan. Berbagai cara dilakukan oleh penyelenggara pendidikan sehingga mereka bisa mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dari berbagai fihak. Baik dari negara (yang berupa dana BOS), maupun lewat wali murid melalui berbagai pungutan.
Berbagai modus mereka lakukan sehingga seolah-olah bukan merupakan pungli atau korupsi. Misalnya, pengadaan buku ringkasan materi pelajaran. Walaupun sudah ada buku paket dari negara, tetap saja siswa diwajibkan membeli buku ringkasan materi pelajaran. Bekerjasama dengan penerbit tertentu maka setiap laku sekian eksemplar, mereka akan mendapatkan bonus dari penerbit. Pihak pengelola sekolah juga selalu memungut uang registrasi alias daftar ulang saat penerimaan siswa baru dan saat kenaikan kelas yang besarnya tidak rasional.. Terhadap siswa yang lulus juga dilakukan pungutan dengan alasan untuk kenang-kenangan sekolah. Bagi yang tidak membayar uang kenang-kenangan maka ijazahnya akan ditahan oleh pihak sekolah. Cara yang terakhir ini persis gaya debt kolektor seorang rentenir.
Inti dari semua itu adalah komersialisasi pendidikan. Sekolah tidak lagi merupakan lembaga tempat menemukan kebenaran dan kebaikan, namun sekolah adalah tempat jual beli pengetahuan. Ironisnya lagi, pengetahuan yang diberikan sering bersifat fiktif, karena saat ujian para siswa malah diajari nyontek oleh gurunya demi mencapai kelulusan UNAS 100%. Sempurnalah sudah pengajaran kemunafikan anak bangsa lewat pendidikan formal yang sering melakukan tipu daya dan berorientasi komersial alias money oriented
Bagaimana dengan kualitas kelulusannya? Saya kira Anda sudah bisa menebak. Sebagian besar kelulusan hanya bersifat formal, yang penting dapat ijazah. Kita bisa menyaksikan bagaimana para lulusan SMP dan SMA berarak-arakan naik sepeda motor, keliling kota menghambat lalu lintas, dengan baju, wajah dan kepalanya disemprot memakai cat pilok. Kita juga sering mendengar bagaimana pelajar tingkat SMP, SMA berpacaran sampai hamil. Bahkan, sering terjadi pelajar tawuran hingga menimbulkan korban nyawa.
Terlalu mahal biaya pendidikan kalau hanya menciptakan kelulusan yang bejad moralnya serta tumpul otaknya.
Maka sudah waktunya kita menciptakan pendidikan yang berbasis moral, dengan orientasi utama menciptakan generasi yang memihak kebenaran, mengutamakan kebaikkan, kejujuran, kemandirian, kesopanan, keyakinan agama yang kuat, dan memiliki sejumlah kecerdasan emosional, spiritual, serta intelektual yang memadai. Pendidikan berbasis karakter seperti itu bisa dimulai dengan membangun karakter pada gurunya lebih dahulu. Kita bisa belajar pada pondok pesantren yang telah maju dan terbukti bisa menciptakan kelulusan yang berkualitas seperti PP Gontor Ponorogo, PP Tebuireng Jombang atau yang lainnya.
Tanpa harus kehilangan essensi pendidikan, maka bisa diciptakan sekolah yang lebih efisien, serta lebih cepat menciptakan kelulusan yang mandiri. Sebagai contoh sederhana, misalnya cara belajar yang menjemukan di dalam kelas bisa dirubah dengan belajar di luar kelas, misalnya di sawah di hutan, di lapangan, di pegunungan dan lain-lain. Dengan belajar di luar kelas, di samping mengurangi kejenuhan, juga menghemat biaya pengadaan lokal kelas. Jumlah siswa setiap kelas juga bisa dibuat lebih efektif dengan perbandingan 1 guru mengajar 20 siswa. Demikian juga lamanya pendidikan tidak harus mengikuti sistem yang klasik SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Mealui penanaman karakter sejak dini, maka kedewasaan dan rasa tanggung jawab pada anak didik bisa lebih cepat tumbuh, sehingga lamanya sekolah bisa dipersingkat misalnya SD 4 tahun, SMP 2 tahun dan SMA 2 tahun. Jika anak mulai seklah SD umur 7 tahun, maka mereka akan lulus pendidikan dasar dan menengah pada usia 15 tahun. Maka, usia 16 tahun mereka sudah mulai bekerja, dan pada usia 18 tahun secara ekonomi tidak tergantung kepada orang tua.
KURIKULUM SEKOLAH ALTERNATIF
Kurikulum sekolah bisa dibuat berdasarkan sejarah/pengalaman orang-orang yang telah sukses dalam hidupnya. Bagaimana Soekarno , Moh. Hatta, Moh. Roem, Moh. Natsir, dan sejumlah tokoh lainnya bisa sukses pada zamannya? Salah satunya yaitu disiplin, semangat patriotisme kebangsaan, serta sejak kecil sudah dididik untuk mandiri dan bertanggung jawab. Basis pendidikan sekolah perlu didasarkan pada agama, serta ideologi cinta tanah air. sejak dini setiap siswa diajari praktik pelaksanaan agama, misalnya melaksanakan sifat jujur, disiplin, semangat, bersungguh-sungguh, pantang menyerah, suka berbagi, memberi solusi, kreatif, bangga dengan karya sendiri, dan sebagainya.
Setelah landasan karakter ditanamkan, baru diajarkan ilmu-ilmu alat yang merupakan pendukung pelaksanaan karakter. Matematika, bahasa, teknologi, pengetahuan sosial, geografi merupakan beberapa ilmu yang sifatnya pendudkung. Sehingga siswa faham bahwa penguasaan bahasa, matematika, teknologi bukan untuk menyombongkan diri, bukan alat untuk korupsi, bukan modal untuk ngapusi, namun itu semua mnerupakan bekal untuk menegakkan moral, etika, kemajuan bersama, serta alat utama unbtuk menegakkan bangsa , demi kemajuan tanah air Indonesia.
Sistem penilaian /standar kelulusan siswa bukan hanya angka-angka ilmu-ilmu rasional yang tinggi, namun praktik moral, etika, sopan-santun, sejauh mana hal itu dilakukan. Penilaian tidak hanya lewat ujian semesteran, namun setiap hari guru mengawasi, sehingga setiap bulan bisa dibuat lapotran perkembangan karakter siswa.
Ukuran keberhasilan tidak cukup dilihat dengan ujian nasional saja, namun setelah siswa lulus dua tiga tahun kedepan, apa yang mereka lakukan? Apakah mereka menjadi insan penegak moral, pembela tanah air, penyumbang solusi bagi ummat, atau mereka menjadi koruptor?
Semoga bangsa ini segera menemukan jati diri kemanusiaannya, sehingga tidak jatuh ke dalam jurang kemunafikan, materialisme. Amin.
Berbagai modus mereka lakukan sehingga seolah-olah bukan merupakan pungli atau korupsi. Misalnya, pengadaan buku ringkasan materi pelajaran. Walaupun sudah ada buku paket dari negara, tetap saja siswa diwajibkan membeli buku ringkasan materi pelajaran. Bekerjasama dengan penerbit tertentu maka setiap laku sekian eksemplar, mereka akan mendapatkan bonus dari penerbit. Pihak pengelola sekolah juga selalu memungut uang registrasi alias daftar ulang saat penerimaan siswa baru dan saat kenaikan kelas yang besarnya tidak rasional.. Terhadap siswa yang lulus juga dilakukan pungutan dengan alasan untuk kenang-kenangan sekolah. Bagi yang tidak membayar uang kenang-kenangan maka ijazahnya akan ditahan oleh pihak sekolah. Cara yang terakhir ini persis gaya debt kolektor seorang rentenir.
Inti dari semua itu adalah komersialisasi pendidikan. Sekolah tidak lagi merupakan lembaga tempat menemukan kebenaran dan kebaikan, namun sekolah adalah tempat jual beli pengetahuan. Ironisnya lagi, pengetahuan yang diberikan sering bersifat fiktif, karena saat ujian para siswa malah diajari nyontek oleh gurunya demi mencapai kelulusan UNAS 100%. Sempurnalah sudah pengajaran kemunafikan anak bangsa lewat pendidikan formal yang sering melakukan tipu daya dan berorientasi komersial alias money oriented
Bagaimana dengan kualitas kelulusannya? Saya kira Anda sudah bisa menebak. Sebagian besar kelulusan hanya bersifat formal, yang penting dapat ijazah. Kita bisa menyaksikan bagaimana para lulusan SMP dan SMA berarak-arakan naik sepeda motor, keliling kota menghambat lalu lintas, dengan baju, wajah dan kepalanya disemprot memakai cat pilok. Kita juga sering mendengar bagaimana pelajar tingkat SMP, SMA berpacaran sampai hamil. Bahkan, sering terjadi pelajar tawuran hingga menimbulkan korban nyawa.
Terlalu mahal biaya pendidikan kalau hanya menciptakan kelulusan yang bejad moralnya serta tumpul otaknya.
Maka sudah waktunya kita menciptakan pendidikan yang berbasis moral, dengan orientasi utama menciptakan generasi yang memihak kebenaran, mengutamakan kebaikkan, kejujuran, kemandirian, kesopanan, keyakinan agama yang kuat, dan memiliki sejumlah kecerdasan emosional, spiritual, serta intelektual yang memadai. Pendidikan berbasis karakter seperti itu bisa dimulai dengan membangun karakter pada gurunya lebih dahulu. Kita bisa belajar pada pondok pesantren yang telah maju dan terbukti bisa menciptakan kelulusan yang berkualitas seperti PP Gontor Ponorogo, PP Tebuireng Jombang atau yang lainnya.
Tanpa harus kehilangan essensi pendidikan, maka bisa diciptakan sekolah yang lebih efisien, serta lebih cepat menciptakan kelulusan yang mandiri. Sebagai contoh sederhana, misalnya cara belajar yang menjemukan di dalam kelas bisa dirubah dengan belajar di luar kelas, misalnya di sawah di hutan, di lapangan, di pegunungan dan lain-lain. Dengan belajar di luar kelas, di samping mengurangi kejenuhan, juga menghemat biaya pengadaan lokal kelas. Jumlah siswa setiap kelas juga bisa dibuat lebih efektif dengan perbandingan 1 guru mengajar 20 siswa. Demikian juga lamanya pendidikan tidak harus mengikuti sistem yang klasik SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Mealui penanaman karakter sejak dini, maka kedewasaan dan rasa tanggung jawab pada anak didik bisa lebih cepat tumbuh, sehingga lamanya sekolah bisa dipersingkat misalnya SD 4 tahun, SMP 2 tahun dan SMA 2 tahun. Jika anak mulai seklah SD umur 7 tahun, maka mereka akan lulus pendidikan dasar dan menengah pada usia 15 tahun. Maka, usia 16 tahun mereka sudah mulai bekerja, dan pada usia 18 tahun secara ekonomi tidak tergantung kepada orang tua.
KURIKULUM SEKOLAH ALTERNATIF
Kurikulum sekolah bisa dibuat berdasarkan sejarah/pengalaman orang-orang yang telah sukses dalam hidupnya. Bagaimana Soekarno , Moh. Hatta, Moh. Roem, Moh. Natsir, dan sejumlah tokoh lainnya bisa sukses pada zamannya? Salah satunya yaitu disiplin, semangat patriotisme kebangsaan, serta sejak kecil sudah dididik untuk mandiri dan bertanggung jawab. Basis pendidikan sekolah perlu didasarkan pada agama, serta ideologi cinta tanah air. sejak dini setiap siswa diajari praktik pelaksanaan agama, misalnya melaksanakan sifat jujur, disiplin, semangat, bersungguh-sungguh, pantang menyerah, suka berbagi, memberi solusi, kreatif, bangga dengan karya sendiri, dan sebagainya.
Setelah landasan karakter ditanamkan, baru diajarkan ilmu-ilmu alat yang merupakan pendukung pelaksanaan karakter. Matematika, bahasa, teknologi, pengetahuan sosial, geografi merupakan beberapa ilmu yang sifatnya pendudkung. Sehingga siswa faham bahwa penguasaan bahasa, matematika, teknologi bukan untuk menyombongkan diri, bukan alat untuk korupsi, bukan modal untuk ngapusi, namun itu semua mnerupakan bekal untuk menegakkan moral, etika, kemajuan bersama, serta alat utama unbtuk menegakkan bangsa , demi kemajuan tanah air Indonesia.
Sistem penilaian /standar kelulusan siswa bukan hanya angka-angka ilmu-ilmu rasional yang tinggi, namun praktik moral, etika, sopan-santun, sejauh mana hal itu dilakukan. Penilaian tidak hanya lewat ujian semesteran, namun setiap hari guru mengawasi, sehingga setiap bulan bisa dibuat lapotran perkembangan karakter siswa.
Ukuran keberhasilan tidak cukup dilihat dengan ujian nasional saja, namun setelah siswa lulus dua tiga tahun kedepan, apa yang mereka lakukan? Apakah mereka menjadi insan penegak moral, pembela tanah air, penyumbang solusi bagi ummat, atau mereka menjadi koruptor?
Semoga bangsa ini segera menemukan jati diri kemanusiaannya, sehingga tidak jatuh ke dalam jurang kemunafikan, materialisme. Amin.
15 Juni 2010
On 01.54 by Tamaddun in pemberdayaan
Beberapa kalangan mengatakan, bahwa perut buncit dianggap sebagai “penyakit modern” yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan di kemudian hari. Risiko terjadinya gangguan kesehatan semakin meningkat bila obesitas terkonsentasi di seputar perut atau yang dikenal sebagai obesitas sentral
Perut buncit atau obesitas sentral merupakan pertanda adanya bahaya yang mengancam kesehatan kita.
Seseorang yang mengalami obesitas belum tentu memiliki keluhan. Namun, sebenarnya
dalam tubuh orang yang berperut buncit sudah terjadi gangguan metabolisme yaitu sindrom metabolik yang meningkatkan risiko diabetes melitus serta penyakit jantung dan pembuluh darah.
Obesitas terjadi karena penimbunan lemak di dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Penyebab obesitas beragam, diantaranya faktor genetik dan lingkungan. Perubahan pola makan yang bergeser ke arah makanan tinggi kalori dan perubahan pola hidup modern yang kurang gerakan atau aktivitas fisik merupakan penyebab utama terjadinya obesitas yang semakin meningkat.
Penyebab Obesitas
Perut buncit atau obesitas sentral merupakan pertanda adanya bahaya yang mengancam kesehatan kita.
Seseorang yang mengalami obesitas belum tentu memiliki keluhan. Namun, sebenarnya
dalam tubuh orang yang berperut buncit sudah terjadi gangguan metabolisme yaitu sindrom metabolik yang meningkatkan risiko diabetes melitus serta penyakit jantung dan pembuluh darah.
Obesitas terjadi karena penimbunan lemak di dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Penyebab obesitas beragam, diantaranya faktor genetik dan lingkungan. Perubahan pola makan yang bergeser ke arah makanan tinggi kalori dan perubahan pola hidup modern yang kurang gerakan atau aktivitas fisik merupakan penyebab utama terjadinya obesitas yang semakin meningkat.
Penyebab Obesitas
Lingkungan
- Banyak makan makanan tidak sehat (junk food) yang banyak tersedia, harganya murah, rasanya enak dan siap saji.
- Kurangnya aktivitas fisik
Baik dalam bekerja maupun berolahraga, aktivitas fisik semakin berkurang.
Genetik
- Keturunan menyebabkan seseorang mempunyai potensi untuk menjadi obes, kecendrungan obesitas meningkat sampai 25-30%. Diperparah bila dalam lingkungan makanan tinggi kalori dan aktifitas rendah.
Penyakit
- Hipotiroidisme, kelainan hipotalamus, yang menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal dalam tubuh berakibat memicu penimbunan lemak tubuh.
Gagal jantung bisa juga diakibatkan oleh obesitas.
“Jadi dapat kita bayangkan, apa yang terjadi ketika sakit jantung. Kualitas tubuh kita tentu terganggu bahkan dapat berakibat fatal. Oleh sebab itu, kita harus memberikan perhatian dan menjaga jantung agar tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Terlebih lagi penyandang diabetes melitus, dan hipertensi, mereka perlu memberikan perhatian lebih kepada jantungnya karena kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan rusaknya otot jantung atau memberatkan kerja jantung sehingga lama kelamaan jantungan menjadi lemah dan tidak dapat bekerja lagi atau istilah medisnya disebut gagal jantung,“ paparnya.
Baru-baru ini ditemukan bahwa ternyata perlemakan hati juga disebabkan oleh obesitas. Hal ini diungkapan pakar liver Dr. Irsan Hasan, Sp.PD, KGEH. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2001 di Jakarta, didapatkan kejadian perlemakan hati sebesar 30,6%. Faktor risiko penting yang ditimbulkan adalah obesitas, diabetes melitus, dan peningkatan trigliserida. Tetapi ada pula kasus perlemakan hati yang tidak disertai faktor risiko apapun (berat badan dan profil lipid normal, serta tidak mengidap diabetes melitus).
Perlemakan hati dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak, tetapi paling banyak ditemukan pada usia 40 sampai 50-an tahun, dan cenderung terjadi pada perempuan. Umumnya pasien perlemakan hati ditemukan secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Perlemakan hati sering terlacak setelah didapat kenaikan kadar SGOT dan SGPT pada medical check-up.
15 Mei 2010
On 00.21 by Tamaddun in pemberdayaan
Keluarga adalah bangunan organisasi paling kecil dari sebuah masyarakat. Dari lembaga terkecil inilah baik atau buruknya tatanan masyarakat ditentukan. Jika dalam suatu komunitas/masyarakat terdapat keluarga-keluarga yang harmonis, maka terbentuklah tatanan masyarakat yang harmonis pula. Sebaliknya, banyaknya keluarga yang tidak harmonis akan sangat potensial membuat kehidupan masyarakat menjadi tidak teratur.
Keharmonisan dalam rumah tangga membutuhkan sejumlah landasan nilai, serta ukuran kesopanan yang perlu dipegang bersama oleh seluruh anggota keluarga. Agama Islam, melalui tuntunan Nabi Muhammad s.a.w., telah menggariskan kegiatan/akhlak mana saja yang perlu dipupuk, serta akhlak seperti apa yang perlu dihindari dalam keluarga muslim.
Di bawah ini sebagian dari akhlak yang perlu diperhatikan setiap keluarga muslim.
1. Menjaga Ajaran Allah s.w.t.
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada suatu hari dan beliau bersabda: "Wahai anak muda, peliharalah (ajaran) Allah, niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah." Riwayat Tirmidzi.
Tugas menjaga ajaran Allah ini selayaknya menjadi prioritas seorang kepala rumah tangga muslim dalam urusan keluarganya. Menjaga ajaran Allah ini meliputi kegiatan yang sangat luas, namun, perlu disadari bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan keluarga membutuhkan proses. Tidak bisa semua ajaran Allah terlaksana seketika. Yang perlu dijaga adalah semangat, serta nuansa dalam keluarga untuk senantiasa menjaga ajaran-ajaran Allah s.w.t.
Anda bisa mengambil skala prioritas, misalnya dalam ibadah sholat. Tanamkan terus kepada anggota keluarga, bahwa sholat merupakan hal yang vital yang tidak bisa ditawar. Sebagai kepala keluarga, Anda harus menunjukkan secara nyata, bahwa Anda sendiri benar-benar mengutamakan sholat. Jagalah sholat Anda, dengan ekstra disiplin melakukannya. Matikan televisi begitu waktu sholat tiba, ambil air wudhu, dan ajaklah anggota keluarga melakukan sholat jamaah. Sholat jamaah bisa anda lakukan di rumah, namun lebih afdhol lakukan berjamaah di masjid atau mushola terdekat. Jangan ada kompromi dengan kegiatan lain terhadap masalah sholat. Mengulur-ulur waktu sholat, apalagi meninggalkan sholat, akan menimbulkan persepsi pada benak anak, bahwa sholat bisa ditawar.
Tanamkan kepada anggota keluarga, dengan memelihara ajran-ajaran Allah, maka kita akan mendapatkan balasan langsung, bahwa Allah juga akan memelihara kita. Melaksanakan ajaran Allah, hasilnya bukan untuk Allah, namun untuk pelakunya, yaitu seluruh anggota keluarga. Maka, selanjutnya, meminta suatu kebutuhan , serta pertolongan, hanya pantas diajukan kepada Allah, bukan kepada manusia. Berikanlah contoh kepada anggota keluarga, bahwa Anda hanya tergantung kepada Allah, bukan kepada manusia, apalagi kepada dukun dan tukang ramal.
2. Gemar meminta maaf, serta bertaubat.
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang mempunyai kesalahan ialah orang-orang yang banyak bertaubat." Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah. Sanadnya kuat.
Sikap rendah hati, bukan rendah diri, dan tidak juga congkak, perlu ditanamkan kepada anggota keluarga muslim. Meminta maaf akan ringan dilakukan, kalau pelakunya merasa rendah hati lebih dahulu. Anda mesti gemar introspeksi, alias mukhasabah lebih dahulu, agar tidak keberatan untuk meminta maaf.
Orang yang rendah hati tidak akan canggung mengakui kesalahan-kesalahannya. Namun, meminta maaf bukanlah perbuatan yang mudah. Karena lingkungan budaya sekarang, cenderung membuat orang untuk tinggi hati, egois serta selalu merasa benar. Sikap rendah hati memerlukan perjuangan. Tugas kepala keluarga adalah memberi contoh yang baik mengenai sikap rendah hati ini. Untuk memulai meminta maaf, bisa diawali antara suami dan istri lebih dulu, ketika menjelang tidur. Utarakan setulus hati kepada pasangan Anda, jika seharian atau seminggu yang lalu ada hal-hal yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. Kalau antara suami-istri sudah biasa saling meminta dan memberi maaf, maka akan lebih mudah meminta maaf di hadapan anak. Kesediaan kita untuk meminta maaf kepada anak, berarti memberikan contoh kepada mereka untuk berendah hati, bersedia mengakui kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Kecuali meminta maaf kepada sesama anggota keluarga, Anda mesti senantiasa meminta maaf kepada Allah s.w.t. Hal ini tidaklah sulit jika Anda sudah biasa melakukan sholat sejak kecil. Dalam sholat-sholat kita , terutama bacaan rukuk dan sujud mengandung do’a yang intinya mohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
3. Sikap adil (tidak dholim) dan dermawan (tidak kikir)
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah kedholiman karena kedholiman ialah kegelapan pada hari kiamat, dan jauhilah kikir karena ia telah membinasakan orang sebelummu." Riwayat Muslim. Bersikap adil dan dermawan merupakan fondasi penting sebagai akhlak dalam keluarga. Perlakukan anak-anak Anda dengan adil, maka anak Anda juga akan bisa berbuat adil. Adil itu berbuat sesuai dengan proporsinya. Belikan pakaian anak-anak laki-laki Anda sesuai dengan karakter laki-laki, demikian juga dengan anak perempuan. Jangan karena alasan kasih sayang, Anda menuruti anak laki-laki Anda untuk berpakaian perempuan, atau sebaliknya. Banyak kasus timbulnya sifat banci pada laki-laki, karena salah asuh di waktu kecil, akibat orang tua memanjakan anak secara salah.
Untuk bisa adil, memang membutuhkan pengetahuan, rasa serta jiwa yang lapang. Sadarilah semua itu dalam proses yang sedang berjalan. Suatu saat, demi keadilan dibutuhkan pengorbanan. Mungkin Anda penggemar bola, sedangkan anak perempuan Anda senang mendengarkan music. Jika di rumah Anda hanya ada satu televisi, maka tidak harus memaksakan menonton bola, kalau anak anda menghendaki menonton pertunjukan musik.
Di suatu saat, jika sudah waktunya sholat maghrib anak-anak Anda masih nonton tv, maka Anda harus bisa tegas, bahwa saat itu bukan waktu yang tepat untuk nonton tv. Waktu sholat sudah pasti, tidak bisa ditawar.
Menurut hadits di atas keluarga juga mesti dididik untuk dermawan (tidak kikir). Sikap ini mempermudah Anda menjadi akrab dengan tetangga. Bukankah jika terjadi sesuatu yang kurang baik atas kelkuarga kita, maka tetangga lebih dulu yang dimintai tolong? Maka, sikap dermawan merupakan solusi agar ada hubungan harmonis antara keluarga Anda dengan tetangga Anda. Ajarilah anak Anda sedekah, untuk menumbuhkan rasa peduli kepada sesama. Banyak kenikmatan dari Allah yang diperoleh jika keluarga Anda gemar sedekah, antara lain diberkahi rizki Anda , dimudahkan urusan Anda, dipanjangkan usia Anda, dan dianugerahi keluarga yang sakinah, mawadah , wa rahmah. Amin.
4. Tidak suka berprasangka buruk (su’udhon)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, sebab prasangka buruk adalah ucapan yang paling bohong." (Muttafaq Alaihi). Parasangka buruk atau su’udhon, bisa menyakitkan hati orang lain. Namanya saja prasangka, hanya berdasarkan perkiraan, tidak ada bukti dan saksi. Prasangka buruk, lebih banyak salahnya daripada benarnya. Maka jauhilah prasangka buruk, apalagi antara suami dan istri. Bersikaplah terbuka, jujur, transparan, apa adanya antara suami istri, serta antara orangtua dan anak-anak. Jangan mudah termakan gossip dari orang lain. Banyak kasus kerusakan rumah tangga terjadi karena bersumber dari prasangka buruk yang awalnya dipicu oleh gossip.
Kalau ada suatu kejanggalan terjadi pada suami atau istri, lebih baik bicara secara terbuka. Bicaralah Anda berdua, jangan ada fihak ke tiga, bahkan anak Anda jangan Anda libatkan. Ini untuk mnghindari agar masalahnya tidak melebar. Jangan ada orang lain yang tahu sebelum Anda berdua saling mengetahui, bahwa Anda berdua sedang ada masalah.
Suami istri masing-masing adalah belahan jiwa. Intinya, hilangkanlah prasangka-prasangka (su’udhon-su’udhon), namun Anda mesti berjiwa besar, berlapang dada, bernalar sehat untuk membicarakan masalah Anda berdua. Jangan merasa paling benar. Ambillah sikap ingin tahu/ingin faham tentang pasangan Anda. Kalau pasangan Anda sudah memberitahu dan Anda bisa menerima penjelasannya, maka jangan lupa bersikap rendah hati dengan cara meminta maaf kalau menyinggung, karena telah bertanya tentang diri pasangan Anda.
Insya Allah, jika sikap terbuka antara suami-istri sudah tumbuh, sekaligus sikap su’udhon terhapus dari keluarga, maka keluarga Anda menjadi sakinah, mawadah wa rahmah. Amin
5. Berperangai baik dan berkata lembut.
Dari Abu Darda' Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang berperangai jahat dan berlidah kotor." Hadits shahih riwayat Tirmidzi. Seorang anak baru berumur 4 tahun, tiba-tiba membentak-bentak dengan kata-kata kasar, serta menyebut –nyebut binatang kaki empat. Orang tuanya kaget bukan kepalang. Lalu anak itu ditanya, darimana dia bisa ngomong semacam itu. Anak itu menjawab, bahwa dia menirukan sinetron di televisi.
Lingkungan sangat berpengaruh kepada akhlak anak-anak Anda. Ciptakanlah lingkungan yang baik dalam keluarga , dimulai dari diri kita (orang tua). Usahakan untuk selalu murah senyum kepada anak-anak, apalagi kepada tamu. Jangan menampakkan perangai yang sangar/garang atau jahat. Rosulullah mengajarkan kepada kita untuk menampakkan wajah yang lembut, ramah, ceria, serta tidak jahat. Di samping wajah yang ramah, kita juga harus menjaga lisan, agar selalu berkata-kata yang baik, tidak kotor dan jorok.
Orang tua (suami istri) merupakan orang pertama yang harus memberikan contoh kepada anak-anak untuk berwajah ceria/ramah serta berkata-kata yang baik, alias tidak kotor. Setelah itu, ciptakan lingkungan yang mendukung agar tidak ada suara-suara kotor di rumah Anda, misalnya dengan selektif memilih acara-acara televisi , serta selektif dalam memutar casset atau cd.
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.