TAMZIS BAITUL MAAL

"Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong" (al Qur'an Surat AnNahl ; ayat 23)

11 Desember 2015

On 22.55 by Anwar in ,
   
     Satu lagi karya anak bangsa lahir dari Lampung. Tungku sederhana ini bisa untuk memasak hanya dengan sebatang kayu. Saking hematnya, sehingga dengan satu batang kayu tersebut sudah cukup untuk memasak nasi dan air. Tungku ini menekankan panas yang maksimal. 
    Setelah api menyala, akan memanasi dinding dalam tungku, sehingga panas api menjalar di dinding. Bahan baku tungku ini kemungkinan campuran antara lempung dengan bahan-bahan lainnya yang mudah panas. Dengan panas yang maksimal, maka akan disimpan di dinding tungku bagian dalam, alias tidak mudah menguap keluar.
Bisa jadi desain dari tungku ini memungkinkan panas dalam tungku tidak mudah terdinginkan oleh udara luar. Prinsip ini menyerupai termos air panas, di mana dengan tabung kaca, maka air dalam termos akan bisa bertahan panas relatif lama.
     Seperti tungku dengan bahan baku tanah liat lainnya, kelemahan tungku ini memiliki massa yang relatif berat, dan tidak tahan benturan. Namun, sebagai industri rakyat , tungku ini betul-betul merakyat karena harganya jauh di bawah kompor gas, hanya berkisar Rp 50.000,- per unit. Sehingga tungku lampung ini sangat cocok di daerah perdesaan, di mana masih banyak bahan bakar kayu, mudah dan murah meriah. (ant)










19 Mei 2015

On 23.47 by Anwar in





    Menemukan atau membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada bukanlah  urusan yang mudah. Hampir semua penemuan, khususnya teknologi,  pernah mengalami kegagalan sebanyak puluhan bahkan ratusan kali. Yang terkenal misalnya penemuan bola lampu pijar oleh Thomas Edyson. Yang selalu terjadi, di awal proses percobaan, hampir semua orang mencibir, termasuk orang terdekat. maka kunci sebuah eksperimen atau percobaan adalah sabar, tekun, kontinyu.

   beberapa hari yang lalu kami juga berusaha menciptakan produk berupa kompor hemat energi. Alhamdulillah, setelah mengalami kegagalan sebanyak 7 kali, percobaan yang ke 8 ini mendekati temuan ideal yang diharapkan, yaitu menciptakan kompor dengan bahan bakar kayu, namun bisa menyala seperti kompor gas LPG.
    Prinsip-prinsip pirolysis wajib dikuasai. Bagaimana dengan bahan bakar yang relatif sedikit dan mudah didapatkan, masyarakat bisa melakukan kegiatan memasak, tanpa harus mengeluarkan uang cash. Maka dipilihlah bahan bakar kayu. Insya Alloh kayu relatif mudah didapatkan oleh masyarakat Indonesia, apalagi di pedesaan. Mungkin, bagi masyarakat kota, bahan bakar kayu sulit didapatkan. Namun dengan adanya kompor bahan bakar kayu, kita berharap masyarakat akan mendapatkan peluang usaha berjualan bahan bakar kayu untuk kompor ini.
  Langkah selanjutnya, setelah kami mendekati berhasil, yaitu mencari pengrajin yang sanggup mengerjakan. Sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Beberapa pengrajin angkat tangan, beberapa yang lain memberi harga yang tidak rasional. Wallohua'lam

26 Februari 2015

On 19.28 by Anwar in
   

Mikroskop                             Kompor hemat Energi             Solar Cell untuk rumah tangga


Mesin pemipil jagung       Sepeda listrik              Kacamata                        Solar cell

 Selama ini lembaga-lembaga sosial banyak mengajukan kegiatan yang sosial ansich. Masih sedikit lembaga sosial di Indonesia yang memiliki program unggulan mencetak produk fisik. Salah satu contoh program fisik unggulan adalah produk tungku milik Dian Desa. kalau di negara tetangga ada lampu tenaga matahari yang dikelola oleh lsm NDI di Singapura. berbagai produk hemat enerji olah lsm KOPERNIK. Ada juga kompor yang dibuat oleh Envirofit, India/ Amerika (?). Apa artinya itu semua ?.
     Selama ini banyak konsep pembangunan sosial yang melangit, namun sulit diukur di lapangan. Birokrasi konsep yang njelimet, namun masyarakat sasaran tidak /atau sedikit sekali merasakan manfaat. Konsep pembangunan sosial yang rumit itu sudah usang. Para donatur sudah tidak tertarik dengan hal demikian. Kecuali kalau dananya dari Pemerintah, kadang biaya administrasi proyek lebih besar daripada dana untuk masyarakat.
     Produk fisik lebih mudah dilihat oleh masyarakat terutama oleh donatur. Berapa yang diproduksi, berapa yang dijual, berapa harga jual, berapa yang dibagikan free kepada kaum dhuafa, berapa dhuafa yang mendapat manfaat, semua itu sangat terukur. Apalagi dengan kemasan sosial enterprise atau sosial entrepreneur, pihak lsm atau lembaga sosial tidak harus memotong dana dari donatur untuk biaya operasional. Dana operasional bisa dimasukkan kedalam harga dari produk. Sehingga dana operasional sudah ditanggung oleh konsumen.
     Kepada siapa produk dijual, dan kepada siapa produk digratiskan sudah ada plafonnya. Karena produk itu dijual ke khalayak, maka harus berkualitas. Sehingga tidak ada lagi produk yang sembarangan untuk dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa, seperti pakaian bekas atau beras rusak untuk program raskin itu.

  

lampu tenaga matahari          Penghangat bayi tanpa listrik


11 Februari 2015

On 16.30 by Anwar in
Dalam khasanah ilmiah atau akademik, panas yang ditimbulkan oleh tungku hemat energi disebut pirolisis, sebagai bagian dari termolisis. Menurut Wikipedia, Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.
Prinsip utama pirolisis adalah dekomposisi atau penguraian kimiawi bahan organik, namun hal ini sulit dimengerti oleh awam. maka pemahaman akan prinsip-prinsip tungku hemat energi perlu dirumuskan.
     Tujuan utama tungku hemat energi atadalah menghasilkan panas yang optimal dengan bahan bakar yang relatif sedikit, tanpa disertai atau hanya sedikit menimbulkan asap. Maka prinsip utama dalam tungku hemat energi adalah : 
1. Kebutuhan panas yang tercukupi (optimal).
2. Asap yang minimal, sehingga tidak menimbulkan sesak nafas.
3. Penggunaan bahan bakar yang irit
4. Bahan bakar yang mudah didapatkan.
5. Bahan bakar bisa diperbarui (renewable)
6. Tidak menimbulkan pemanasan global.
7. Tungku mudah dibuat dan dirawat.
8. Membantu kaum dhuafa
9. Menggunakan komponen lokal, baik bahan tungku maupun bahan bakarnya.
10. Memudahkan kaum perempuan untuk memasak.

Dalam tulisan singkat ini, kami hanya akan menguraikan beberapa prinsip , yaitu masalah tercukupinya kebutuhan panas, penggunaan bahan bakar yang irit dan mudah, serta bagaimana tungku tidak menimbulkan asap.
Bahan bakar utama tungku hemat energi adalah biomassa, karena (di Indonesia), bahan tersebut relatif mudah ditemukan. Misalnya seresah (sampah organik), ranting, serbuk gergaji, sekam padi dan sebagainya. 
Dalam keadaan terbuka biomassa yang dibakar akan banyak menimbulkan asap. Ini tanda bahwa pembakaran tidak sempurna. Untuk menyempurnakan pembakaran, maka usahakan asap tidak menyebar, namun dihimpun untuk dibakar kembali  di dalam ruang tertutup. maka tungku dibuat rapat, hanya memiliki 2 lubang, yaitu lubang pemasukan bahan bakar dan lubang keluarnya api.
Agar asap tidak langsung keluar, maka interior tungku dibuat sedemikian rupa bisa menahan asap dalam waktu sementara selanjutnya, setelah asap berubah menjadi api akan keluar melalu lubang pengeluaran.

PENJELASAN GAMBAR :
Gambar di atas adalah generasi I tungku hemat energi yang di desain oleh Tamaddun Tamzis Wonosobo. Desain ini dibuat sangat sederhana, sehingga bisa dibuat oleh pengrajin tanah liat. Prinsipnya adalah adanya tabung yang panjang/tinggi, diberi tutup yang rapat, hanya memiliki satu lubang pengeluaran. Pada tutup diberi kolom atau pipa sepanjang 15 cm. Pada tabung utama diberi lubang pemasukan bahan bakar dan udara. Lubang bahan bakar juga perlu dibuat cukup, sekitar 17 cm x 12 cm agar ada udara cukup untuk menyalakan api di awal, serta untuk menekan api ke arah dalam dan atas, sehingga seolah2 api seperti ditiup. 'Peniupan' ini terjadi karena berat jenis dan tekanan  udara bebas lebih besar daripada api.

Mengapa tinggi tabung 50 cm, dan diameter 25 cm, ? Dengan perbandingan ini diharapkan banyak asap dan api yang tersimpan di dalam tabung, sebelum api keluar dari lubang atas. api perlu 'dikumpulkan' lebih dahulu supaya timbul panas yang cukup. 
Selanjutnya, pada tutup atas terdapat kolom atau pipa, dimaksudkan agar api hanya keluar dari lubang tersebut. Keluarnya benar2 api, sedangkan asap sudah banyak dibakar di dalam tabung utama sebelum asap keluar sudah berubah menjadi api. bahkan jika tabung utama maupun pipa diperpanjang ada kemungkinan nyala api akan menjadi biru. maka kombinasi panjang tabung utama dan kolom ini perlu terus dilakukan percobaan dan penelitian. 
CATATAN : 
1. Ukuran-ukuran di atas bukan harga mati. Perlu dilakukan percobaan-percobaan try and error, untuk      mendapatkan kombinasi ukuran yang optimal. 
2. Dari percobaan yang kami lakukan, prinsip utamanya adalah : BERAPA LAMA ASAP DAN API        berada di dalam tabung menentukan kualitas pengapian.


19 Januari 2015

On 23.59 by Anwar in
Gambar  Tungku Enerji Hemat Tamaddun (JIMAT) Generasi I
Diduga oleh banyak fihak, terutama para pemrotes pemanasan global, bahwa penggunaan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga telah ikut andil dalam menciptakan pemanasan global. Secara sekilas, nampaknya hal itu logis. kalau setiap rumah tangga pengguna kayu bakar menghabiskan 5 kg per hari, maka sekitar 24,5 juta pengguna kayu bakar di Indonesia akan menghabiskan 5 X 24,5 juta = 122.500.000 kg/hari. Dengan asumsi itu ,maka melalu lembaga resmi semacam Bank Dunia mengampanyekan perlunya bahan bakar alternatif, melalui penggunaan tungku.Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan serta sustu yayasan,  target yang akan dicapai yaitu 10 juta tungku sudah tersebar sampai tahun 2020.
     Paragraf tersebut di atas  menunjukkan, bahwa masalah 'tungku' menjadi topik hangat di negeri ini. Tema tungku menjadi menarik karena diduga kuat bahwa rakyat kecil pengguna kayu bakar adalah biangnya pemanasan global.  Walaupun belum ada penelitan yang pasti, berapa konsumsi kayu bakar rumah tangga Indonesia, serta seberapa besar pengaruhnya terhadap pemanasan global. Bukankah pengaruh langsung telah dilakukan oleh knalpot-knalpot kendaraan bermotor? Mengapa warga miskin  di pedesaan itu yang sering dituduh sebagai penyumbang pemanasan global? Maka dibuatkan skenario, bagaimana dana hibah dari Bank Dunia bisa cair, dengan berbagai program pelatihan, pengadaan tungku, distribusi, serta berbagai agenda kampanye.
     Lepas dari proyek Bank Dunia, sebenarnya, konversi dari minyak tanah ke gas LPG telah membuat rakyat kecil semakin terjepit. Mungkin Pemerintah bisa berdalih, bahwa LGP kemasan 3 kg sudah diberi subsidi oleh negara. Pertanyaannya, benarkah subsidi itu dinikmati oleh rakyat kecil? Bukankah tidak sedikit kalangan yang punya juga ikut membeli tabung 3 kg?
Ditambah lagi, seringkali harga LPG, baik kemasan besar maupun kecil, sering mengalami kenaikkan harga tanpa kendali. bagi rakyat kecil kenaikkan 1000 rupiah saja berpengaruh. Di samping itu, harga beli eceran gas LPG juga lebih tinggi daripada minyak tanah. Minimal untuk bisa membeli LPG 3 kg harus punya duit 17.000, tapi waktu minyak tanah masih ada, rakyat bisa membeli minyak tanah cukup 1 liter, yang harganya tidak sampai  Rp 10.000. artinya, LPG lebih membutuhkan likuiditas daripada minyak tanah. Jadi, selain masalah teknis (seringnya tidak tersedia), penggunaan LPG menghadapi masalah  ekonomis (harga sering berubah), dan  masalah likuiditas.
Sebaliknya, dengan tungku yang sederhana, maka beberapa persoalan energi yang dihadapi rakyat kecil bisa diatasi.
Persoalan rakyat dalam hal kebutuhan energi bukan hanya masalah uang, namun ada beberapa masalah lain yang perlu diperhitungkan.
Pertama masalah ketersediaan sumber energi. Semestinya semangat demokratisasi, keterbukaan, kemandirian, desentralisasi turut mewarnai masalah energi bagi rakyat,. namun, dengan alasan uyntuk kepentingan umum, beberapa sumber kekayaan alam hanya dikuasai oleh negara, misalnya minyak dan gas bumi. Dengan kekuasaan oleh BUMN, maka sebenarnya hak rakyat untuk mengelola langsung sumber daya alam telah tereduksi. Sebagaimana zaman penjajahan dahulu, penanaman pohon jati hanya boleh dilakukan oleh Pemerintah, yang nota bene saat itu adalah Pemerintah Belanda. Maka jika sekarang sumber enerji untuk memasak saja hanya 'dikuasai' oleh 1 BUMN, sebenarnya hal demikian kurang sesuai dengan semangat demokrasi. Sebagai contoh penggunaan LPG, hanya akan membuat ketergantungan rakyat kepada negara, karena rakyat tidak mampu memproduksi lpg sendiri.
Kedua masalah likwiditas.
Energi yang bisa mensejahterakan rakyat adalah yang butuh likwiditas rendah. Di samping itu rakyat butuh bahan bakar yang mudah tersedia. Konsep bahan bakar yang dikuasai BUMN tertentu menimbulkan keribetan bagi rakyat. Lebih-lebih bagi yang tinggal jauh di pelosok, maka bahan bakar dari BUMN sering tidak tersedia. Akibatnya, rakyat memanfaatkan biomass, misalnya kayu, ranting, aranf, namun tidak disertai dengan ketersediaan tungku yang hemat enerji. Maka terjadilah pemborosan akibat kurang tepatnya kebijakan.
     Persoalan enerji bagi rakyat tidak hanya persoalan teknis penyediaan barang, namun bagaimana sumber enerji atau bahan bakar itu mudah didapat dan hanya membutuhkan likwiditas yang kecil (terjangkau) oleh kocek wong cilik. Maka lebih penting memilih sumber-sumber lokal yang ada, misalnya limbah kayu, arang, serbuk gergaji, sekam sebagai bahan bakar daripada penyediaan LPG yang hanya bisa disediakan oleh 1 BUMN saja.

Mudah dikelola.
Kompor gas dan LPG adalah contoh teknologi yang tidak mudah dikelola oleh sebagian besar rakyat. Untuk memiliki kompor gas yang baik, rakyat harus mengeluarkan sejumlah dana yang relatif besar (sekitar Rp200.000), sedangkan tabung kosong perlu dibeli dengan harga sekitar 75.000 (ukuran 3 kg). Kalau kompor gas rusak, beberapa onderdil perlu dibeli, tidak bisa diganti sendiri.
     Sedangkan tungku hemat enerji, relatif mudah dirawat. Harga belinya juga relatif murah, antara Rp 20.000 sampai Rp 100.000,-.

Mudah diciptakan
Hampir pasti, industri kompor gas hanya dimiliki oleh mereka yang berkocek tebal, home industri kompor gas hampir tidak ada. sedangkan tungku, rekatif banyak yang bisa membuat. maka dari sisi distribusi usaha, tungku lebih bisa membantu perekonomian rakyat.

 Kesimpulannya, tungku hemat enerji lebih bisa membantu ekonomi rakyat, dari pada kompor gas LPG. Maka usaha penciptaan tungku yang tepat, sesuai kondisi ekonomi, budaya dan ramah lingkungan perlu diihtiari secara serius. Wallohu a'lam.