05 April 2016
On 20.31 by Anwar in realita
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara Catur Subandrio mengatakan sebanyak 158 jiwa warga korban bencana alam longsor tanah di Desa Clapar Banjarnegara saat ini mengungsi.
"Bencana tanah longsor ini terjadi di lingkungan RT 01, RT 02, dan RT 03 RW 01 Desa Clapar, Kecamatan Madukara," katanya didampingi Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banjarnegara Andri Sulistyo di Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat.
Menurut dia, hujan lebat yang terjadi sejak hari Kamis (24/3), pukul 18.00 WIB, mengakibatkan terjadinya tanah bergerak dengan luas lebih dari 5 hektare atau sejauh 1,2 kilometer dengan pergerakan yang tergolong lambat.
Ia mengatakan bahwa hari Jumat (25/3), sekitar pukul 01.30 WIB, kembali terjadi gerakan tanah sehingga beberapa warga mulai mengungsi. "Gerakan longsor kembali terhadi pada pukul 06.00 WIB sehingga mengakibatkan sembilan rumah rusak berat, tiga ruma rusak sedang, dua rumah rusak ringan, dan 29 rumah terancam longsor dengan jumlah warga yang mengungsi sebanyak 158 jiwa. Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa sebagian warga mengungsi di rumah-rumah penduduk yang berada di lingkungan RT 03, RT 04, dan RT 05 RW 01. Selain itu, kata dia, pihaknya juga telah menyiapkan tempat pengungsian di Sekolah Dasar Negeri 2 Clapar.
"Posko Aju Darurat BPBD Banjarnegara telah dibuka d Desa Clapar. Sejak pagi hingga sekarang, tim gabungan yang terdiri atas BPBD Banjarnegara, Kodim 0704/Banjarnegara, Polres Banjarnegara, Pemerintah Kecamatan Madukara, Banser, Tagana, PMI, Bela Negara, dan masyarakat lainnya, membantu proses evakuasi warga ke tempat yang lebih aman," katanya.
Menurut dia, tim gabungan juga bekerja bakti menyingkirkan material longsoran, membuka dapur umum, membuka posko pengungsian, dan pengamankan lokasi.
Ia mengatakan bahwa selain merusak rumah warga, tanah bergerak atau longsor itu juga memutus jaringan listrik sehingga aliranya mati. "Jalan utama Banjarnegara-Pagentan yang melewati Madukara juga terputus total akibat gerakan tanah tersebut sehingga kendaraan dari Banjarnegara yang akan menuju Pagentan dan sebaliknya harus memutar melalui Karangkobar," katanya.
Disinggung mengenai penanganan lebih lanjut terhadap korban longsor di Desa Clapar, Catur mengatakan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan akan direlokasi bersama warga lainnya yang telah lebih dulu direlokasi pascabencana beberapa tahun lalu.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu kedatangan tim dari Badan Geologi yang akan mengecek dan menganalisis kondisi tanah di Desa Clapar. "Kami masih menunggu Badan Geologi. Nanti bagaimana langkah-langkah dan rekomendasi dari mereka," ujarnya. (republika.co.id)
11 Desember 2015
On 19.29 by Anwar in realita
sumber gambar : republika.co.id
Puluhan siswa sekolah di Kampung Karang Layung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta harus rela menyeberangi sungai deras demi bisa bersekolah. Mereka menyeberangi sungai Cilalawi menuju Kampung Garunggang tempat sekolah mereka berada.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Purwakarta AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, saat ini Polres Purwakarta telah melakukan upaya sementara untuk membantu warga dan siswa sekolah menyeberangi sungai dengan tali tambang dan beberapa pelampung. Selain itu, dikerahkan juga beberapa petugas dari Satuan Polisi Air (Satpolair) dari Polres Purwakarta.
“Sejauh ini kami masih menggunakan tali tambang, karena kondisi sungai tidak memungkinkan untuk menggunakan perahu karet,” ujar Trunoyudo, kepada Republika, Jumat (11/12).
Ia menjelaskan, di antara dua kampung tersebut sebenarnya sudah ada akses jalan sehingga warga dan siswa sekolah tidak perlu lagi menyeberangi sungai. Hanya saja, akses jalan yang disediakan cukup jauh dan tidak terawat. Hal itu yang membuat warga lebih memilih menyeberang sungai deras demi menghemat waktu.
“Saat masuk musim hujan, sebenarnya kami telah menghimbau warga agar tidak menyeberangi sungai karena berbahaya. Sementara langkah awal kami mengirim petugas Satpolair ke lokasi,” ungkap dia.
Trunoyudo sendiri akan segera meninjau lokasi bersama perangkat desa setempat. Menurut dia, pembangunan jembatan di sungai Cilalawi telah direncanakan Pemerintah Daerah (Pemda) Purwakarta, namun rencana tersebut membutuhkan waktu realisasi yang cukup lama.
“Bapak bupati sudah pernah meninjau dan sudah ada program membuat jembatan,” jelasnya. (sumber : republika.co.id)
02 Desember 2015
On 20.34 by Anwar in realita
Wahyu Hermawan menderita tumor mata sejak tahun 2014
Sebuah rumah yang relatif kecil itu dihuni oleh 2 rumah tangga. Di situlah Wahyu Hermawan, dan keluarganya bertempat tinggal. tepatnya di RT9 RW 10 Yososari, Reco, Kertek, Wonosobo. Orang tua Wahyu hanyalah buruh tani. Tidak punya tanah garapan. Hanya kadang-kadang, kalau nasib sedang baik, bapak si Wahyu bisa dapat sewaan lahan garapan. Tahun ini nasibnya lagi kurang baik. Karena kalah saingan dengan juragan penambangan pasir liar, akhirnya bapaknya Wahyu harus rela melepaskan tanah garapan yang sudah dia sewa beberapa musim sebelumnya.
Dalam kondisi yang serba kekurangan, keluarga Wahyu diuji dengan sakit. Wahyu Hermawan, bocah kelas 4 SD itu harus menderita sakit tumor di balik bola matanya, sehingga membuat bola matanya terdesak keluar dan tidak bisa berfungsi lagi. Karena sudah demikian parah, mata wahyu yang sebelahpun kurang berfungsi dengan baik.
Sudah hampir 2 tahun Wahyu menderita sakit tumor. Awalnya hanya pusing-pusing. Namun lama kelamaan bola matanya keluar. Sekitar satu tahun yang lalu pernah dioperasi di Rumah Sakit Sarjito Yogja, namun hampir setengah tahun ini kambuh lagi.
Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat perawatan Wahyu kurang terurus. Walaupun sudah terdaftar mendapatkan BPJS Kesehatan, namun untuk kebutuhan transportasi dan akomodasi selama berobat, keluarga Wahyu tidak memiliki biaya.
Setelah Forum Baitul Maal BMT Wonosobo silaturahim, akhirnya disepakati untuk operasi (rawat inap) di RS Sarjito Yogjakarta. Urusan transportasi pulang pergi memakai ambulan Baitul Maal. Selain itu, Baitul Maal juga menyumbang sebagian kebutuhan biaya akomodasi bagi keluarga yang mengurus Wahyu selama di Rumah Sakit.
Semoga Alloh meridhoi ikhtiar kita, dan Dik Wahyu Hermawan bisa segera sembuh dan bisa sekolah kembali. Amin ya robbal 'alamin.
Sebuah rumah yang relatif kecil itu dihuni oleh 2 rumah tangga. Di situlah Wahyu Hermawan, dan keluarganya bertempat tinggal. tepatnya di RT9 RW 10 Yososari, Reco, Kertek, Wonosobo. Orang tua Wahyu hanyalah buruh tani. Tidak punya tanah garapan. Hanya kadang-kadang, kalau nasib sedang baik, bapak si Wahyu bisa dapat sewaan lahan garapan. Tahun ini nasibnya lagi kurang baik. Karena kalah saingan dengan juragan penambangan pasir liar, akhirnya bapaknya Wahyu harus rela melepaskan tanah garapan yang sudah dia sewa beberapa musim sebelumnya.
Dalam kondisi yang serba kekurangan, keluarga Wahyu diuji dengan sakit. Wahyu Hermawan, bocah kelas 4 SD itu harus menderita sakit tumor di balik bola matanya, sehingga membuat bola matanya terdesak keluar dan tidak bisa berfungsi lagi. Karena sudah demikian parah, mata wahyu yang sebelahpun kurang berfungsi dengan baik.
Sudah hampir 2 tahun Wahyu menderita sakit tumor. Awalnya hanya pusing-pusing. Namun lama kelamaan bola matanya keluar. Sekitar satu tahun yang lalu pernah dioperasi di Rumah Sakit Sarjito Yogja, namun hampir setengah tahun ini kambuh lagi.
Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat perawatan Wahyu kurang terurus. Walaupun sudah terdaftar mendapatkan BPJS Kesehatan, namun untuk kebutuhan transportasi dan akomodasi selama berobat, keluarga Wahyu tidak memiliki biaya.
Setelah Forum Baitul Maal BMT Wonosobo silaturahim, akhirnya disepakati untuk operasi (rawat inap) di RS Sarjito Yogjakarta. Urusan transportasi pulang pergi memakai ambulan Baitul Maal. Selain itu, Baitul Maal juga menyumbang sebagian kebutuhan biaya akomodasi bagi keluarga yang mengurus Wahyu selama di Rumah Sakit.
Semoga Alloh meridhoi ikhtiar kita, dan Dik Wahyu Hermawan bisa segera sembuh dan bisa sekolah kembali. Amin ya robbal 'alamin.
09 Maret 2015
On 22.08 by Anwar in realita
Parabola dan selang yang berserakan di Dusun Crondol
CRONDOL merupakan sebuah kampung, alias dusun dimana mbah Gundul tinggal bersama 3 putrinya. Hari Senin tgl 9 /3/2015 kemarin, kami dari Forum Baitul Maal PBMTI Korda Wonosobo berkunjung ke rumah mbah Gundul. Alhamdulillah setelah melalui jalan panjang berliku dan naik turun, akhirnya bisa sampai tempat tujuan. Sebelumnya, transit dulu di BMT Binamas Cabang Bruno. Setelah koordinasi beberapa menit, langsung cabut menuju lokasi, Jarak dari BMT Binamas Cabang Bruno ke rumah Mbah Gundul tidak terlalu jauh, sekitar 5 km. Namun harus melalui jalan sempit yang hanya bisa dilewati 1 mobil, sepanjang 2 km.
Berangkat dari Wonosobo jam 9 pagi, sampai dusun Crondol sekitar jam 11.00. Bagi yang kurang jeli mungkin masuk Crondol biasa-biasa saja. Namun, kalo diperhatikan ada hal yang aneh di dusun ini. Dusun ini termasuk daerah yang sulit air di musim kemarau. ada sumber mata air yang 'diperebutkan' banyak warga. beberapa orang bisa membuat sumur sendiri, namun banyak yang memasang sendiri selang/pipa panjang yang disalurkan dari mata air ke rumah-rumah pribadi. jadi banyak pipa-pipa atau selang yang tidak teratur (jawa : kemlawer). Ini menandakan tidak ada koordinasi masalah penggunaan mata air di dusun Crondol. Sehingga, salah satu korbannya, yaitu mBah Gundul. Karena Mbah Gundul tidak mampu membeli selang, maka tidak mendapatkan jatah air dari mata air.
Selain selang yang berserakan, di dusun ini hampir setiap rumah memiliki parabola. Walaupun rumahnya (maaf) seburuk yang ada di gambar atas itu, selalu punya parabola. Mungkin hanya tempat mbah Gundul yang tidak punya parabola. Mengapa masyarakat Crondol lebih mementingkan parabola? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Yang pasti, bahwa masyarakat Crondol sangat mementingkan parabola adalah sebuah realita.
Baik masalah selang air yang berserakan, maupun banyaknya warga yang punya parabola, menunjukkan warga Crondol berpola hidup nafsi-nafsi, alias sendiri-sendiri. Istilah yang lebih piopuler individualis. Setiap keluarga hanya mengurusi keluarganya sendiri.
Maka, bagi mereka wajar, orang sesusah mbah Gundul tidak perlu ditolong. Pengakuan Mbah Gundul, sering terjadi setelah para tamu mbah Gundul pulang, beberapa warga mendatangi rumahnya. Mereka meminta 'jatah' bantuan (yang sebenarnya bantuan itu hanya haknya mbah Gundul), seperti preman meminta jatah keamanan. Wallohu a'lam bishshowab.
05 Maret 2015
On 20.16 by Anwar in realita
Gambar illustrasi
Dusun Srondol Bruno Purworejo Jawa Tengah, sebuah pedalaman yang nyaris tidak terjamah media massa. Di dusun itulah hidup seorang janda miskin, Mbah Gundul (60 tahun), demikian nenek 3 orang anak ini biasa dipanggil. Mbah Gundul menempati sebuah rumah , yang lebih kayak disebut gubug reyot berdinding bambu tanpa pintu. Di rumah ini tidak dipisah antara ruang tidur, tamu dan dapur. Mungkin, mbah Gundul juga tidak mengenal adanya dapur, karena sehari-harinya lebih sering tidak makan, sehingga hampir tidak pernah memasak. Rumah ini juga tidak memiliki sumber air bersih layaknya sebuah rumah. Mbah Gundul hanya memasang sebuah bak penampungan air hujan, untuk kebutuhan minumnya.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, pekerjaan Mbah Gundul mencari guguran daun cengkeh untuk dijual kepada tetangganya. Mbah Gundul memiliki tiga anak perempuan yang semuanya tidak sekolah. Mbah Gundul dan anak-anaknya tidak mengenal baca tulis, dan tidak bisa menghitung uang. Anak pertamanya bernama Siti Tasonah (15 tahun), anak nomer dua siti Painah (12 tahun) dan yang paling kecil Siti Sumarti (10 tahun).
Karena hampir tidak pernah masak dan mencuci pakaian, maka anak-anak mbah Gundul kurang, bahkan tidak mengenal budaya mencuci.
Masyarakat sekitar sering menganggap Mbah Gundul sebagai orang yang tidak waras, alias gila. maka mereka sering memperlakukan mbah Gundul semena-mena. Menurut penuturan mbah Gundul, dia pernah punya sebidang tanah yang lebih luas dari yang dia tempati sekarang. karena sering dibeli paksa bahkan, diminta oleh tetangga sekarang tanahnya tinggal yang ditempati saja. Mbah Gundul juga sering kehilangan binatang peliharaan, karena rumahnya nyaris tak berdinding dan tak berpintu. Beberapa waktu yang lalu Mbah Gundul dibantu oleh seseorang beberapa peralatan dapur, namun seminggu kemudian sudah tidak ada karena diminta oleh seorang tetangganya.
Setiap kali mendapat bantuan, Mbah Gundul selalu dibohongi tetangganya dengan berbagai cara. Ketika Mbah Gundul mendapat bantuan uang, seorang tetangganya menawarkan 'jasa' untuk membelikan mi instan. Mbah Gundul diminta menyerahkan sebuah lembaran uang berwarna biru, demikian menurut pengakuan mbah Gundul, untuk mendapatkan beberapa bungkus mi instan. Pernah juga seorang dermawan menyalurkan bantuan ke mbah Gundul, namun pulang dari rumah mbah Gundul malah di hadang seorang berpenampilan preman untuk dimintai bagian sumbangan.
Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu sekelompok pemuda bekerjasama dengan TNI setempat membantu memperbaiki rumah mbah Gundul. Namun, pertannya besarnya : bagaimana mata pencaharian mbah Gundul selanjutnya? Haruskah tetap sebagai pemungut daun cengkeh? Bagaimana sekolah anak-anaknya?. Bagaimana jika mbah Gundul dibantu, tapi tetangganya malah menggunakan kesempatan itu untuk memeras mbah Gundul?
Wallohu a'lam bishshowab.
NB : Bantuan untuk Mbah Gundul bisa disalurkan ke Baitul Maal Tamaddun : Gedung Tamzis. Jl. S. Parman 46 Wonosobo. Telp 0286 325 303
13 Februari 2015
On 22.16 by Anwar in realita
Memasak
menggunakan tungku tanah liat bisa jadi adalah sesuatu hal yang langka di jaman
serba modern saat ini. Tapi bila kali waktu anda rindu memasak menggunakan
tungku barangkali sepasang suami istri Sati dan Kardi di Desa Bojong, Jawa
Barat ini bisa Anda datangi.Setiap harinya mereka mengais tanah liat dan
membuatnya menjadi tungku untuk mengais rejeki.
Mencari
dan mengambil tanah liat selalu dilakukan pasangan suami istri Sati dan Kardi
dalam kehidupan mereka sehari - hari. Tanah liat ini mereka gunakan sebagai
bahan utama membuat tungku tanah tradisional.
Ya,
warga Desa Bojong Kemang Bogor, Jawa Barat ini memang dikenal sebagai pengrajin
tungku tanah. Pembuatan tungku tanah dilakukan dengan cara tradisional. Tanah
liat dicampur dengan air, pasir dan sabut kelapa hingga membentuk seperti
adukan semen. Bahan yang telah tercampur ini dibentuk menjadi tungku
tradisional. Proses pembentukan bisa berlangsung hingga 5 jam.
Tungku
atau kerap disebut hau ini kemudian dikeringkan hingga 3 bulan lamanya. Setelah
kering tungku dijual seharga 40 hingga 50 ribu rupiah per buah.
Kendati penjualan tungku kini menurun seiring kehadiran kompor
minyak tanah dan gas namun Kardi dan Sati tetap optimis, tungku buatan mereka
tetap laku terjual. Apalagi di kawasan Bogor, Jawa Barat masih banyak warga
yang memilih menggunakan tungku untuk memasak (sumber : www.indosiar.com)
04 Desember 2014
On 00.04 by Tamaddun in realita
Wonosobo. Jumat, 28 November 2014. Sekitar jam 3 sore, saat baru saja adzan 'asar dikumandangkan, 3 bocah remaja bergegas berlari-lari menuju perkampungan, mengabarkan bahwa Pratikno tenggelam. Pratikno tenggelam setelah berhasil menolong 3 remaja tersebut dari hempasan Sungai Serayu. Namun, karena kehabisan tenaga, Pratikno tidak bisa lagi melawan derasnya arus Serayu.
Pratikno adalah pemuda yang biasa membantu sesama. Hal itu karena dia termasuk pemuda yang aktif ikut organisasi sosial, Pemuda Muhammadiyah. Ketika melihat 3 orang temannya tidak bisa mengendalikan diri di dalam sungai, secara spontan Pratikno melompat ke dalam sungai untuk menolong mereka. Bisa jadi saking semangatnya untuk menolong teman-temannya, sehingga capekpun tidak dirasakan. Kondisi tubuh yang lelah membuat gerakannya di dalam sungai kurang kuat melawan derasnya arus. Dan..., takdir Alloh lah yang menentukan, Pratikno dipanggil Sang maha Pencipta siang itu. Mayatnya baru diketemukan pada hari Selasa , 2 Desember 2014.
Kesedihan menyelimuti seluruh anggota keluarga. Pratikno meninggalkan 2 anak, satu anak perempuan usia SMP dan satu anak laki2 klas 2 MI. Kini 2 anak yatim itu smentara tinggal bersama nenek dan bibinya. Insya Alloh, Forum Baitul Maal PBMTI Korda Wonosobo komitmen untuk membantu sekolah 2 anak yaitim itu sampai selesai.
Masih dalam suasana berkabung, hari kamis 4 desember 2014 Forum Baitul Maal PBMTI Korda Wonosobo silaturahim ke rumah duka. Diwakili oleh 4 Baitul Maal (Marhamah, TAMZIS, Melati dan Al Huda), silaturahim dan do'a kami disambut dengan linangan air mata sang bunda dari almarhum. Sebagai tanda cinta kasih dan persaudaraan, Forum Baitul Maal meninggalkan sedikit kenangan semoga bisa untuk mengurangi duka bunda, anak-anak, serta seluruh keluarga Almarhum Pratikno. Selamat jalan sang pahlawan dari desa Besani, Serayu, Leksono Wonosobo.
30 November 2014
On 19.20 by Tamaddun in realita
Sabtu, 29 November 2014. Sabtu pagi sekitar jam 9, api melalap sejumlah rumah di Serang Sari Kejajar Wonosobo. Sebanyak 5 rumah habis terbakar tanpa sisa. Kejadian itu diduga karena adanya listrik hubungan arus pendek. Pada waktu kejadian seluruh penduduk dusun dimana terjadi kebakaran sedang meladang, tidak seorangpun yang tinggal di rumah.
Berbagai harta benda tidak bisa diselamatkan, tv, kulkas, sepeda motor, pakaian, dan surat-surat berharga. Salah seorang kurban menceritakan bahwa dirinya baru saja mengambil tabungan di Tamzis, sebanyak Rp 13 juta. Rencananya uang itu mau buat memperbaiki rumah. namun takdir berbicara lain. Dengan mata berkaca-kaca lelaki itu menceritakan pada Tamaddun, bahwa uangnya ludes terbakar berserta sejumlah hartanya.
Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Ketika Tamaddun menyalurkan bantuan, nampak seluruh penduduk di kampung itu sedang kerja bakti membersihkan puing-puing sisa kebakaran. namun, belum ada bantuan yang datang, apalagi dari pihak pemerintah.
Alhamdulillah, esuk harinya, ahad....
30 November, 2014 Tamaddun menyalourkan bentuan senilai Rp 3 juta, berupa uang dan sejumlah pakaian, serta sembako.
17 April 2014
On 01.02 by Tamaddun in realita
Seorang wanita kepala 6, berjalan kaki sepanjang 10 km tanpa menyerah. Berangkat dari rumahnya, di dusun Bogelan, kalibeber, Wonosobo, hal itu dilakukan wanita ini setiap hari. . Pekerjaan rutin jualan opak ini sudah dia jalani sejak tahun 60 an. (Bagi orang luar Wonosobo, mungkin istilah opak masih terdengar asing. Opak yaitu makanan semacam kerupuk, yang dibuat dari ubi kayu (singkong). Dengan bumbu-bumbu khas kalibeber, Wonosobo, opak terasa nikmat untuk pacitan/camilan)
Bu Kasroji, demikian nama wanita penjaja opak itu, adalah sosok wanita yang gigih berikhtiar, sekaligus penuh tawakkal kepada Alloh. Sekali jalan Bu Kasroji membawa sekitar 3 kg opak. Dagangan itu dia beli dari pasar Kalibeber, untuk dijajakan sepanjang jalan, kemudian keliling kota Wonosobo. Sekali juakan, keuntungannya sekitar Rp3000, kalo dagangannya laku semua. Namun, seringkali dia masih membawa pulang sisa dagangannya.
Bu Kasroji awalnya hidup dengan seorang suami dan 3 anaknya. Sang suami bekerja sebagai petani kecil di Bogelan, Kalibeber. Selain menggarap sebidang tegal yang sempit, yang hanya bisa ditanami polowijo (jagung, singkong dll), Pak Kasroji juga memelihara 4 ekor kambing. Kambing-kambing yang dipelihara Pak Kasroji ini adalah titipan masyarakat sekitar. Pak Kasroji hanya memelihara, dan mendapatkan bagi hasil sebesar 50% .
Bu Kasroji awalnya hidup dengan seorang suami dan 3 anaknya. Sang suami bekerja sebagai petani kecil di Bogelan, Kalibeber. Selain menggarap sebidang tegal yang sempit, yang hanya bisa ditanami polowijo (jagung, singkong dll), Pak Kasroji juga memelihara 4 ekor kambing. Kambing-kambing yang dipelihara Pak Kasroji ini adalah titipan masyarakat sekitar. Pak Kasroji hanya memelihara, dan mendapatkan bagi hasil sebesar 50% .
24 Maret 2014
On 00.31 by Tamaddun in realita
Wonosobo, Jum'at 21 Maret 2014. Lima anak sekolah TK di daerah Tambi, Kejajar Wonosobo, sekitar jam 10 pagi, baru saja pulang sekolah. Tanpa disertai hujan maupun angin, sebuah senderan/tanggul penguat tanah yang miring tiba-tiba longsor. Tentu saja llima anak itu tidak mengira sebelumnya. Demikian juga masyarakat, juga tidak ada yang menduga kalau senderan akan longsor, karena saat itu cuaca sangat cerah, tidak ada hujan maupun angin.Tidak bisa menghindar lagi, lima anak itu seketika tertimbun senderan/tembok yang longsor.
Akibatnya, dua anak luka ringan, satu anak luka parah, dan dua anak langsung meninggal. Yang meninggalpun segera dimakamkan sebagaimana adat isdiadat di daerah tersebut. Sedangkan yang luka parah langsung dibawa ke Rumah Sakit Siaga Medika Banyumas. Diperkirakan membutuhkan dana jutaan rupiah untuk merawat anak di rumah sakit itu. Sedangkan orangtua anak tersebut termasuk kalangan yang kurang mampu, alias dhuafa. Maka, bagi yang ingin berpartisipasi untuk meringankan beban dhuafa yang terkena musibah tersebut, bisa menyalurkan dananya ke Tamaddun, yang ada di seluruh wilayah kerja Tamzis baituttamwil. Bisa juga melalui Rek. BNI a.n Anwar Tribowo No. Rek 0174451557
Akibatnya, dua anak luka ringan, satu anak luka parah, dan dua anak langsung meninggal. Yang meninggalpun segera dimakamkan sebagaimana adat isdiadat di daerah tersebut. Sedangkan yang luka parah langsung dibawa ke Rumah Sakit Siaga Medika Banyumas. Diperkirakan membutuhkan dana jutaan rupiah untuk merawat anak di rumah sakit itu. Sedangkan orangtua anak tersebut termasuk kalangan yang kurang mampu, alias dhuafa. Maka, bagi yang ingin berpartisipasi untuk meringankan beban dhuafa yang terkena musibah tersebut, bisa menyalurkan dananya ke Tamaddun, yang ada di seluruh wilayah kerja Tamzis baituttamwil. Bisa juga melalui Rek. BNI a.n Anwar Tribowo No. Rek 0174451557
07 Januari 2014
On 01.03 by Tamaddun in realita
Wakaf uang merupakan
salah satu kegiatan amal di bidang harta dalam Agama Islam, di samping
zakat, dan sedekah/infak. Kalau harta zakat dan infak boleh dibagikan langsung
kepada yang berhak, sedangkan harta wakaf jumlahnya tidak boleh berkurang, bahkan
diusahakan bisa bertambah. Sebagai contoh , wakaf tanah, maka luas tanah wakaf
ini tidak boleh berkurang, namun hasil dari tanah tersebut boleh dibagikan
untuk kemaslahatan ummat. Misalnya di atas tanah tersebut ditanami padi, maka
hasil padi tersebut boleh digunakan untuk kepentingan ummnat.
Wakaf, bisa berupa benda, seperti buku,
rumah, tanah dan sebagainya. Namun, wakaf juga bisa berupa uang. Wakaf uang
merupakan sedekah berupa uang, dengan akad wakaf, yang jumlahnya tidak boleh
berkurang, bahkan diusahakan jumlahnya semakin bertambah, misalnya
diinvestasikan untuk kegiatan bisnis. Maka keuntungan dari bisnis ini yang
digunakan untuk kepentingan ummat.
Beberapa dekade yang lalu, di Indonesia
belum mengenal wakaf uang. namun, sejak lima tahun terakhir masyarakat sudah
mulai mengenal wakaf uang. Sedangkan di negara lain, seperti di Mesir, Saudi,
Brunai, Qatar, UEA telah lama mengenal wakaf uang.
Ada beberapa contoh Lembaga wakaf uang
di Indonesia yaitu Badan Wakaf Indonesia, Tabung Wakaf Indonesia, UII, dan
sebagainya. Lembaga-lembaga yang lebih kecil misalnya BMT (Baitul Maal wa
Tamwil). BMT disamping menjalankan bisnis ekonomi syariah, juga menggalang dana
zakat, infak serta wakaf (ziswa) Dana ziswa tersebut bisa berasal dari
karyawan, anggota serta masyarakat. Berbagai kegiatan sosial telah dilakukan
oleh BMT dengan menggunakan dana ziswa tersebut.
Untuk menertibkan keberadaan BMT di bidang
wakaf, maka Kementerian Koperasi/ UMKM bekerjasama dengan Badan Wakaf Indonesia
(BWI) melakukan serangkaian pelatihan wakaf uang untuk beberapa BMT yang
sudah maju. Setelah diberi pelatihan mereka diminta untuk mengadakan
perencanaan di bidang wakaf uang.
Pembinaan yang dilakukan BWI bersama Kement.
Koperasi /UMKM berupa pelatihan wakaf serta pembinaan administrasi. BMT yang mengadakan
kegiatan penghimpunan wakaf wajib memiliki beberapa persyaratan. memiliki
kantor yang tetap, milik sendiri, menyerahkan biodata pengurus, memiliki badan
hukum, menyerahkan referensi dari Bank umum yang ditunjuk oleh BWI dan
persyaratan lainnya.. Setelah persyaratan administrasi lengkap, BMT wajib
memberikan presentsi mengenai program kerja serta perencanaan keuangan selama
satu tahun ke depan.
Dari sekian banyak BMT di Indonesia hanya sekitar
tiga puluhan BMT yang mendapat sertifikat nadhir wakaf uang nasional. Maka
mereka wajib memberikan pelaporan keuangan setiap 3 bulan ke BWI.
08 Mei 2012
On 00.56 by Tamaddun in realita
Dalam satu tahun terahir ini, banyak permohonan bantuan dari dhuafa untuk biaya berobat ke rumah sakit. Di antar mereka yang membutuhkan bantuan itu yaitu : Bapak Amri kalibeber Wonosobo (patah tulang kecelakaan), Ibu Sndari Leksono Wonosobo( Kanker payudara), Ibu hartiningrum, Kejiwan Wonosobo (kanker /kista cervic utery), Anak Irfan (klas 2 SD),kalikajar Wonosobo ( perut membuncit, diperkirakan kanker usus).
foto : irfan sakit kanker usus
Menyaksikan kenyataan tersebut, maka sebanyak 6 Lazis/Baitul Maal di Wonosobo sepakat memberikan iuran setiap bulan untuk alokasi khusus kesehatan dhuafa. Dana ini disimpan (deposito) di bank Syariah, sedangkan yang dimanfaatkan bagi hasilnya. Semoga ikhtiar ini diridhoi Allah s.w.t. Amin. Jika Anda berkenan partisipasi dalam program ini, kirimkan donasi melalui bank Syariah, a/n anwar tribowo, No.rek 0174451557
foto : irfan sakit kanker usus
Menyaksikan kenyataan tersebut, maka sebanyak 6 Lazis/Baitul Maal di Wonosobo sepakat memberikan iuran setiap bulan untuk alokasi khusus kesehatan dhuafa. Dana ini disimpan (deposito) di bank Syariah, sedangkan yang dimanfaatkan bagi hasilnya. Semoga ikhtiar ini diridhoi Allah s.w.t. Amin. Jika Anda berkenan partisipasi dalam program ini, kirimkan donasi melalui bank Syariah, a/n anwar tribowo, No.rek 0174451557
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.