20 Desember 2015
On 18.26 by Anwar in pemberdayaan
Permakultur adalah
cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya
berdasarkan ekosistem alam.
Inti
dari permakultur adalah
·
Peduli bumi karena
tanpa bumi yang
sehat, manusia tidak
bisa sejahtera
·
Peduli manusia agar
seluruh manusia mendapatkan akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup
·
Mengembalikan surplus input
dan hasil pertanian ke sistem, termasuk mengembalikan limbah pertanian dengan didaur ulang.(id.wikipedia.org)
Hal itu secara 'natural' sudah dilakukan oleh
nenek moyang kita. Salah satu praktek yang mirip permakultur adalah peladang
berpindah. Banyak fihak yang menuding peladang berpindah sebagai perusak hutan
alam. Tudingan itu tidak sepenuhnya benar. Sepintas kelihatannya peladang
berpindah membakar hutan alam, namun pembakaran yang mereka lakukan adalah
pembakaran terkendali.
Michel Dove pernah mengadakan penelitian,
bahwa sesungghunya apa yang dilakukan peladang berpindah adalah memanfaatkan
humus atau pupuk alamiah yang ada di bawah tegakan hutan alam. Peladang
berpindah tidak melakukan pemupukan buatan. mereka hanya mengandalkan humus
(top soil) yang berasal dari hutan alam karena memiliki kesuburan yang tinggi
sehingga tidak membutuhkan pengolahan tanah, bahkan tidak membutuhkan pupuk
tambahan sama sekali.
Permakultur juga berusaha untuk mengembalikan biomas ke dalam tanah kembali, tanpa menggunakan pupuk buatan, hanya menggunakan pupuk organik, serta membenamkan sisa-siasa organisme ke dalam tanah. Permakultur merupakan sistem pertanian tanpa pengolahan tanah oleh manusia, namun pengolahan tanah lebih banyak 'ditugaskan' kepada mikro organisma.
Untuk mendapatkan kesuburan tanah yang optimal, maka dalam permakultur ditanam berbagai jenis tanaman pertanian yang bersifat polikultur. Dalam permakultur pantangan menanam secara monokultur. Karena diyakini penanaman secara monokultur akan menimbulkan efek yng kurang baik pada terbentuknya iklim mikro serta pada produksi mikro organisma yang berguna untuk kesuburan tanah.
Penanaman secara polikultur juga dimaksudkan untuk
memenuhi semua kebutuhkan pangan manusia, yang berpengaruh terhadap
kesehatannya. Di samping itu sistim polikultur juga mengakomodir berbagai
tanaman lokal yang ada di daerah setempat, sehingga kebutuhan pangan sebuah
wilayah tidak ditentukan oleh pemilik modal besar saja.
Diharapkan, dengan menanam secara polikultur,
hal ini mendekati sistem hutan alam, selanjutnya secara alamiah akan terjadi
pengendalian hama dan penyakit, sehingga mengurangi biaya dan tenaga secara
signifikan.
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.