09 Maret 2015
On 22.08 by Anwar in realita
Parabola dan selang yang berserakan di Dusun Crondol
CRONDOL merupakan sebuah kampung, alias dusun dimana mbah Gundul tinggal bersama 3 putrinya. Hari Senin tgl 9 /3/2015 kemarin, kami dari Forum Baitul Maal PBMTI Korda Wonosobo berkunjung ke rumah mbah Gundul. Alhamdulillah setelah melalui jalan panjang berliku dan naik turun, akhirnya bisa sampai tempat tujuan. Sebelumnya, transit dulu di BMT Binamas Cabang Bruno. Setelah koordinasi beberapa menit, langsung cabut menuju lokasi, Jarak dari BMT Binamas Cabang Bruno ke rumah Mbah Gundul tidak terlalu jauh, sekitar 5 km. Namun harus melalui jalan sempit yang hanya bisa dilewati 1 mobil, sepanjang 2 km.
Berangkat dari Wonosobo jam 9 pagi, sampai dusun Crondol sekitar jam 11.00. Bagi yang kurang jeli mungkin masuk Crondol biasa-biasa saja. Namun, kalo diperhatikan ada hal yang aneh di dusun ini. Dusun ini termasuk daerah yang sulit air di musim kemarau. ada sumber mata air yang 'diperebutkan' banyak warga. beberapa orang bisa membuat sumur sendiri, namun banyak yang memasang sendiri selang/pipa panjang yang disalurkan dari mata air ke rumah-rumah pribadi. jadi banyak pipa-pipa atau selang yang tidak teratur (jawa : kemlawer). Ini menandakan tidak ada koordinasi masalah penggunaan mata air di dusun Crondol. Sehingga, salah satu korbannya, yaitu mBah Gundul. Karena Mbah Gundul tidak mampu membeli selang, maka tidak mendapatkan jatah air dari mata air.
Selain selang yang berserakan, di dusun ini hampir setiap rumah memiliki parabola. Walaupun rumahnya (maaf) seburuk yang ada di gambar atas itu, selalu punya parabola. Mungkin hanya tempat mbah Gundul yang tidak punya parabola. Mengapa masyarakat Crondol lebih mementingkan parabola? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Yang pasti, bahwa masyarakat Crondol sangat mementingkan parabola adalah sebuah realita.
Baik masalah selang air yang berserakan, maupun banyaknya warga yang punya parabola, menunjukkan warga Crondol berpola hidup nafsi-nafsi, alias sendiri-sendiri. Istilah yang lebih piopuler individualis. Setiap keluarga hanya mengurusi keluarganya sendiri.
Maka, bagi mereka wajar, orang sesusah mbah Gundul tidak perlu ditolong. Pengakuan Mbah Gundul, sering terjadi setelah para tamu mbah Gundul pulang, beberapa warga mendatangi rumahnya. Mereka meminta 'jatah' bantuan (yang sebenarnya bantuan itu hanya haknya mbah Gundul), seperti preman meminta jatah keamanan. Wallohu a'lam bishshowab.
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.