05 Maret 2015
On 20.16 by Anwar in realita
Gambar illustrasi
Dusun Srondol Bruno Purworejo Jawa Tengah, sebuah pedalaman yang nyaris tidak terjamah media massa. Di dusun itulah hidup seorang janda miskin, Mbah Gundul (60 tahun), demikian nenek 3 orang anak ini biasa dipanggil. Mbah Gundul menempati sebuah rumah , yang lebih kayak disebut gubug reyot berdinding bambu tanpa pintu. Di rumah ini tidak dipisah antara ruang tidur, tamu dan dapur. Mungkin, mbah Gundul juga tidak mengenal adanya dapur, karena sehari-harinya lebih sering tidak makan, sehingga hampir tidak pernah memasak. Rumah ini juga tidak memiliki sumber air bersih layaknya sebuah rumah. Mbah Gundul hanya memasang sebuah bak penampungan air hujan, untuk kebutuhan minumnya.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, pekerjaan Mbah Gundul mencari guguran daun cengkeh untuk dijual kepada tetangganya. Mbah Gundul memiliki tiga anak perempuan yang semuanya tidak sekolah. Mbah Gundul dan anak-anaknya tidak mengenal baca tulis, dan tidak bisa menghitung uang. Anak pertamanya bernama Siti Tasonah (15 tahun), anak nomer dua siti Painah (12 tahun) dan yang paling kecil Siti Sumarti (10 tahun).
Karena hampir tidak pernah masak dan mencuci pakaian, maka anak-anak mbah Gundul kurang, bahkan tidak mengenal budaya mencuci.
Masyarakat sekitar sering menganggap Mbah Gundul sebagai orang yang tidak waras, alias gila. maka mereka sering memperlakukan mbah Gundul semena-mena. Menurut penuturan mbah Gundul, dia pernah punya sebidang tanah yang lebih luas dari yang dia tempati sekarang. karena sering dibeli paksa bahkan, diminta oleh tetangga sekarang tanahnya tinggal yang ditempati saja. Mbah Gundul juga sering kehilangan binatang peliharaan, karena rumahnya nyaris tak berdinding dan tak berpintu. Beberapa waktu yang lalu Mbah Gundul dibantu oleh seseorang beberapa peralatan dapur, namun seminggu kemudian sudah tidak ada karena diminta oleh seorang tetangganya.
Setiap kali mendapat bantuan, Mbah Gundul selalu dibohongi tetangganya dengan berbagai cara. Ketika Mbah Gundul mendapat bantuan uang, seorang tetangganya menawarkan 'jasa' untuk membelikan mi instan. Mbah Gundul diminta menyerahkan sebuah lembaran uang berwarna biru, demikian menurut pengakuan mbah Gundul, untuk mendapatkan beberapa bungkus mi instan. Pernah juga seorang dermawan menyalurkan bantuan ke mbah Gundul, namun pulang dari rumah mbah Gundul malah di hadang seorang berpenampilan preman untuk dimintai bagian sumbangan.
Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu sekelompok pemuda bekerjasama dengan TNI setempat membantu memperbaiki rumah mbah Gundul. Namun, pertannya besarnya : bagaimana mata pencaharian mbah Gundul selanjutnya? Haruskah tetap sebagai pemungut daun cengkeh? Bagaimana sekolah anak-anaknya?. Bagaimana jika mbah Gundul dibantu, tapi tetangganya malah menggunakan kesempatan itu untuk memeras mbah Gundul?
Wallohu a'lam bishshowab.
NB : Bantuan untuk Mbah Gundul bisa disalurkan ke Baitul Maal Tamaddun : Gedung Tamzis. Jl. S. Parman 46 Wonosobo. Telp 0286 325 303
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.