20 November 2015
On 23.57 by Anwar in infak
Sepintas lalu sedekah itu ‘sekedar’
mengeluarkan sebagian milik kita untuk pihak lain. Bagi yang sudah biasa,
sedekah bukanlah hal yang sulit. Karena prinsip sedekah adalah memberi, atau
berbagi dengan fihak lain atas apa yang kita miliki. Namun, bagi yang
belum biasa, maka sedekah merupakan kegiatan yang berat, bagaikan mendaki
langit. Bagaimana rizki yang susah mencarinya harus dibagikan kepada orang yang
tidak ikut andil dalam mencarinya? Maka, agar menjadi gemar sedekah dibutuhkan
tahapan-tahapan sedekah.
1. Mind set sedekah
Coba kita lihat pada diri kita : Ingin
Memiliki pakaian yang bagus, handphone keluaran paling akhir, kecukupan makan
dan minum, memiliki pekerjaan mapan, rumah yang nyaman, kendaraan yang indah, dan seterusnya, adalah sejumlah keinginan yang biasa
ada pada diri kita. Rasa
ingin memiliki pada diri manusia, adalah hal yang wajar. Dalam falsafah
materialisme yang mengajarkan bahwa kebutuhan manusiaitu tidak terbatas.
Apa yang terjadi jika keinginan manusia
tidak dibatasi, alias tidak dikendalikan.? Berebut, bersaing, saling menjegal,
bahkan saling membenci dan saling menghancurkan.
Keinginan
manusia harus dibatasi. Seberapa batasnya ? Memang relatif.
Agama Islam mengajarkan, bahwa kepemilikan harta tidak hanya berhenti
setelah dimiliki. Harta yang telah menjadi milik kita, dianjurkan untuk
disedekahkan sebagian. Jadi mind
set (pola pikir) yang
perlu diciptakan dalam benak setiap muslim adalah mencari harta tidak semata-mata ingin
memiliki, namun agar bisa memberi atau bersedekah, menolong agama Allah, serta menolong
kepada sesama manusia.
Coba kita cermati , ayat Al Qur ‘an yang
berbicara masalah memberikan sedekah/infak/zakat jumlahnya lebih banyak
daripada ayat-ayat tentang perintah mencari rizki. Ini artinya, bahwa tujuan
utama mencari rizki adalah agar bisa memenuhi perintah Allah, yaitu
memberi/berbagi di
jalan-Nya serta
untuk kebahagiaan orang lain. Tujuan mencari rizki yang utama bukanlah agar
kita kaya, bukan agar manusia bisa menghimpun harta, bukan untuk
meningkatkan status social. Tujuan mendapatkan rizki Allah adalah untuk disalurkan/diberikan kepada mereka yang berhak,
sebagaimana dalam Al Qur ‘an Surat Al Baqoroh di bawah ini :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.(177)
Al Baqoroh : 215. mereka bertanya tentang
apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah
Maha mengetahuinya.
Dari dua ayat di atas sangat jelas, bahwa
tujuan pencarian harta dalam Islam bukan untuk ditimbun sehingga memiliki
status sebagai orang kaya, namun untuk disalurkan, atau untuk
dinafkahkan kepada mereka yang berhak.
Dalam benak seorang muslim, semangat
memberi atau berbagi mendahului keinginan untuk memiliki harta tertentu.
Memberi, berbagi atau menafkahi adalah tujuan/prioritas utama, sedangkan
memiliki sarana-sarana untuk berbagi tersebut merupakan konsekuensi logis dari
semangat memberi. Sebagai contoh sederhana, misalnya Anda ingin membantu anak
yatim. Kalau hanya membantu satu anak yatim, mungkin hanya
dibutuhkan dana sekitar Rp 400.000/bulan. Namun, jika yang akan kita tanggung
sebanyak 50 anak yatim, maka dibutuhkan dana, tempat, serta sarana yang lebih
banyak/besar. Jadi besarnya sarana, atau banyaknya harta Anda bukan karena Anda
ingin kaya, namun karena jumlah yang harus Anda tanggung semakin banyak.
Intinya, berbagi
atau memberi atau menafkahi adalah motif utama memiliki harta,
sedangkan banyaknya harta merupakan konsekuensi logis atas besar/banyaknya
tanggungan kita. Berbagi
atau memberi bisa kita lakukan dengan banyak cara, mulai dari perbuatan yang
sederhana, hingga memberi bantuan ratusan juta.
2. Senyum
Setiap orang bisa memiliki mindset memberi
atau berbagi. Semua manusia adalah makhluk yang didesain oleh Allah dengan
sempurna. Manusia, sejatinya, mkhluk yang paling sophisticated ( canggih ) dibandingkan makhluk
lainnya. Kemampuan
manusia jauh melebihi makhluk lainnya. Misalnya, manusia memiliki kemampuan
mimik/raut wajah yang unik, dibanding dengan binatang. Raut wajah binatang
cenderung tetap, sedangkan raut wajah manusia bisa berubah-ubah. Kita akan
kesulitan untuk membedakan raut wajah binatang yang sedang lapar dengan yang
kenyang. Atau raut wajah binatang yang sedang gembira dengan yang sedang
bersedih.
Manusia
berbeda dengan binatang. Kalau binatang tidak mampu membedakan ekspresi
wajahnya antara gembira dan sedih, manusia lebih mampu. Sehingga tidak ada
seorangpun yang tidak bisa bersedekah selama masih bisa mengekspresikan
wajahnya.
Berbagai
aktifitas manusia bisa vernilai sedekah, asalkan dilakukan dengan wajar, tanpa
tekanan, demi mendapatkan Ridho-Nya.
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.