20 Februari 2015
On 00.10 by Anwar in kreatifitas
Kalau di masa silam antara bisnis dan sosial seolah-olah merupakan dua kegiatan yang tidak bisa bersatu. Bahkan, ada yang mempertentangkan antara keduanya. Alhamdulillah, Perkembangan berikutnya adalah bagaimana kegiatan bisnis memiliki tanggung jawab sosial, mengingat keberadaan sektor bisnis sangat tergantung dengan keadaan sosial. Maka banyak perusahaan berlomba-lomba untuk menonjolkan CSR nya, sehingga menaikkan citra baik perusahaan.
Kesadaran sosial di sektor bisnis terus membaik, seiring dengan semakin disadari menurunnya kondisi iklim global serta semakin langkanya sumberdaya alam. Para pemilik perusahaan semakin menyadari bahwa keberadaan bisnis sangat tergantung pada keadaan masyarakat lainnya. Sebuah entitas bisnis bukanlah aktivitas di ruang hampa.
Setiap Bisnis membutuhkan sejumlah semberdaya, baik langsung maupun tidak. Bisnis membutuhkan sumberdaya manusia sebagai karyawannya. Lemahnya sumberdaya manusia, akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Keamanan lingkungan juga menjadi faktor penting sebuah bisnis. Maka salah satu kegiatan sosial perusahaan adalah bagaimana 'merawat' lingkungan ini sehingga keamanan dan kelestarian perusahaan bisa terjaga.
Pandangan mutakhir tentang kegiatan sosial dalam bisnis, adalah bahwa kegiatan sosial menjadi bagian utama juga dalam entitas bisnis. Artinya, kegiatan soisial tidak hanya dalam rangka mengamankan perusahaan, namun sudah menjadi tujuan utama perusahaan yang berdampingan dengan tujuan utama bisnis yaitu memperoleh laba. Semakin banyak yang menikmati manfaat bisnis, maka hal ini menjadi ukuran perusahaan.
Maka menjadi penting bagi perusahaan untuk menciptakan program-program sosial yang marketable. Program sosial tidak hanya sekedar bagi-bagi bungkusan, namun lebih dari itu bagaimana masyarakat yang terlibat bisa meningkat taraf hidupnya. Maka lahirlah sosial entrepreneur, yaitu suatu kegiatan sosial yang dikemas dengan serius, dengan sasaran yang tepat (benar-benar kaum dhuafa), target dan tujuannya terukur, dilaporkan kepada khalayak tingkat progresnya, atau kemajuannya, sampai terwujud kesejahteraan para sasaran program secara riil, dari yang sebelumnya dhuafa menjadi aghniya atau minimal terentas dari kemiskinan akut.
Dalam konteks sosial entrepreneur (disingkat sosialpreneur) inilah,maka perusahaan dituntut menciptakan program-program yang inovatif, yang benar-benar mampu mengatasi kemiskinan dan masalah lingkungan lainnya. karena program sosial ini di samping menggunakan dana sosial perusahaan, namun juga membutuhkan dana dari masyarakat di luar perusahaan, maka perusahaan 'dituntut' menciptakan produk program sosial yang menarik, yang riil, yang dibutuhkan masyarakat luas, singkatnya sebuah program yang marketable, persis seperti perusahaan mau menciptakan produk. Maka program sosial perusahaan adalah produk, bukan sekedar basa-basi untuk 'membungkam' protes dari lingkungan.
Untuk menciptakan produk atau program sosial ini perusahaan perlu mengadakan survey, wawancara, bahkan penelitian, sesungguhnya program apa yang diminati oleh calon sasaran sosial, dalam hal ini kaum dhuafa. Misalnya kaum dhuafa membutuhkan pendidikan, mesti dicermati pendidikan yang seperti apa? Formal atau informal? pendidikan yang mengajarkan pengetahuan umum, pengetahuan khusus (Agama?), atau pendidikan yang mengutamakan ketrampilan? Ketrampilan apa yang dibutuhkan? Dan seterusnya.
Misalnya diadakan pemberdayaan ekonomi, juga perlu dilihat apa sebenarnya yang dibutuhkan? Karena banyak pemberdayaan yang mengutamakan pemberian modal uang, namun kenyataannya pemberian modal uang tidak mesti bisa menyelesaikan masalah kaum dhuafa. Pemberdayaan ekonomi mesti dilihat juga di bidang apa? sesuai apa tidak dengan potensi lokal? Apakah infrastrukturnya cukup tersedia? Apakah pasarnya ada? apakah peserta pemberdayaan bisa memiliki akses pasar? Dan seterusnya.
Kesimpulannya, sebuah perusahaan zaman sekarang tidak hanya berfikir bagaimana mendapatkan keuntungan, namun bagaimana bisa meningkatkan harkat dan martabat masyarakat sekitar dengan melalui berbagai program yang nyata bisa mengatasi kemiskinan. Dan ihktiar tersebut harus dikemas dengan baik, menarik dan marketable, karena di samping dana perusahaan, juga menggunakan dana sosial masyarakat sekitar. Setiap perusahaan adalah lembaga bisnis sekaligus lembaga sosial.Wallohu a'lam.
Kesadaran sosial di sektor bisnis terus membaik, seiring dengan semakin disadari menurunnya kondisi iklim global serta semakin langkanya sumberdaya alam. Para pemilik perusahaan semakin menyadari bahwa keberadaan bisnis sangat tergantung pada keadaan masyarakat lainnya. Sebuah entitas bisnis bukanlah aktivitas di ruang hampa.
Setiap Bisnis membutuhkan sejumlah semberdaya, baik langsung maupun tidak. Bisnis membutuhkan sumberdaya manusia sebagai karyawannya. Lemahnya sumberdaya manusia, akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Keamanan lingkungan juga menjadi faktor penting sebuah bisnis. Maka salah satu kegiatan sosial perusahaan adalah bagaimana 'merawat' lingkungan ini sehingga keamanan dan kelestarian perusahaan bisa terjaga.
Pandangan mutakhir tentang kegiatan sosial dalam bisnis, adalah bahwa kegiatan sosial menjadi bagian utama juga dalam entitas bisnis. Artinya, kegiatan soisial tidak hanya dalam rangka mengamankan perusahaan, namun sudah menjadi tujuan utama perusahaan yang berdampingan dengan tujuan utama bisnis yaitu memperoleh laba. Semakin banyak yang menikmati manfaat bisnis, maka hal ini menjadi ukuran perusahaan.
Maka menjadi penting bagi perusahaan untuk menciptakan program-program sosial yang marketable. Program sosial tidak hanya sekedar bagi-bagi bungkusan, namun lebih dari itu bagaimana masyarakat yang terlibat bisa meningkat taraf hidupnya. Maka lahirlah sosial entrepreneur, yaitu suatu kegiatan sosial yang dikemas dengan serius, dengan sasaran yang tepat (benar-benar kaum dhuafa), target dan tujuannya terukur, dilaporkan kepada khalayak tingkat progresnya, atau kemajuannya, sampai terwujud kesejahteraan para sasaran program secara riil, dari yang sebelumnya dhuafa menjadi aghniya atau minimal terentas dari kemiskinan akut.
Dalam konteks sosial entrepreneur (disingkat sosialpreneur) inilah,maka perusahaan dituntut menciptakan program-program yang inovatif, yang benar-benar mampu mengatasi kemiskinan dan masalah lingkungan lainnya. karena program sosial ini di samping menggunakan dana sosial perusahaan, namun juga membutuhkan dana dari masyarakat di luar perusahaan, maka perusahaan 'dituntut' menciptakan produk program sosial yang menarik, yang riil, yang dibutuhkan masyarakat luas, singkatnya sebuah program yang marketable, persis seperti perusahaan mau menciptakan produk. Maka program sosial perusahaan adalah produk, bukan sekedar basa-basi untuk 'membungkam' protes dari lingkungan.
Untuk menciptakan produk atau program sosial ini perusahaan perlu mengadakan survey, wawancara, bahkan penelitian, sesungguhnya program apa yang diminati oleh calon sasaran sosial, dalam hal ini kaum dhuafa. Misalnya kaum dhuafa membutuhkan pendidikan, mesti dicermati pendidikan yang seperti apa? Formal atau informal? pendidikan yang mengajarkan pengetahuan umum, pengetahuan khusus (Agama?), atau pendidikan yang mengutamakan ketrampilan? Ketrampilan apa yang dibutuhkan? Dan seterusnya.
Misalnya diadakan pemberdayaan ekonomi, juga perlu dilihat apa sebenarnya yang dibutuhkan? Karena banyak pemberdayaan yang mengutamakan pemberian modal uang, namun kenyataannya pemberian modal uang tidak mesti bisa menyelesaikan masalah kaum dhuafa. Pemberdayaan ekonomi mesti dilihat juga di bidang apa? sesuai apa tidak dengan potensi lokal? Apakah infrastrukturnya cukup tersedia? Apakah pasarnya ada? apakah peserta pemberdayaan bisa memiliki akses pasar? Dan seterusnya.
Kesimpulannya, sebuah perusahaan zaman sekarang tidak hanya berfikir bagaimana mendapatkan keuntungan, namun bagaimana bisa meningkatkan harkat dan martabat masyarakat sekitar dengan melalui berbagai program yang nyata bisa mengatasi kemiskinan. Dan ihktiar tersebut harus dikemas dengan baik, menarik dan marketable, karena di samping dana perusahaan, juga menggunakan dana sosial masyarakat sekitar. Setiap perusahaan adalah lembaga bisnis sekaligus lembaga sosial.Wallohu a'lam.
Search
Translate
Tentang TAMZIS Baitulmaal
VIDEO KITA
Popular Posts
-
Semarang Rabu, 6 januari 2016. Bertempat di gedung BMT Walisongo Semarang, FBM Korwil jawa Tengah mengadakan Raker untuk masa bakti...
Hubungi Kami
Categories
Diberdayakan oleh Blogger.